SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Prosesi wisuda di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan kisah wisudawan yang mengesankan. Kali ini, Jasmine Athifa Azzahra, wisudawan dari Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS yang berhasil lulus di usia 19 tahun 9 bulan. Ia pun menyandang predikat sebagai wisudawan termuda di prosesi Wisuda ke-124 ITS yang berlangsung selama empat hari, 2 – 3 Oktober dan 9 – 10 Oktober 2021 lalu itu.
Jasmine memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) pada usia 3,5 tahun. Kemudian, di usia 5,5 tahun Jasmine sudah mulai sekolah dasar (SD), dan menjadi siswa termuda dibandingkan teman-teman sekolah sebayanya saat itu.
Jasmine melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Malang melalui program akselerasi. Begitu pula ketika masuk Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Malang, ia juga mengambil program akselerasi dan lulus dalam kurun waktu dua tahun.
“Selanjutnya saya memilih lanjut ke Teknik Sistem dan Industri ITS dan lolos melalui jalur SBMPTN,” ungkap Jasmine yang memasuki bangku kuliah di usia 15 tahun pada 2017.
Berbicara mengenai keputusannya memilih Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS, Jasmine menyampaikan bahwa selama sekolah, ia memang tertarik untuk mempelajari ilmu sistem dan industri. “Kemudian waktu melihat rangking tiap universitas buat TI (Teknik Sistem dan Industri, red) ITS ada di rangking atas, saya memutuskan untuk mengambil TI yang di ITS,” tutur putri pasangan Hanieful Athhar dan Annisa Kesy Garside ini.
Ditanya mengenai motivasi melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi di usia muda, gadis kelahiran 16 Januari 2002 ini menyampaikan bahwa motivasi terbesarnya adalah membahagiakan dan membanggakan orang tuanya.
“Awalnya iseng daftar aksel (program akselesari, red), tapi orang tua ternyata sangat mendukung,” ujarnya.
Menjadi mahasiswa termuda dibandingkan teman-teman kuliahnya, Jasmine mengaku banyak tantangan yang dirasakan. Selain ia harus lebih rajin dan berusaha keras untuk menyeimbangkan diri dengan teman-temannya, ia juga memiliki tantangan dalam bersosialisasi yakni perlu bersikap lebih dewasa dan mandiri.
Membahas mengenai bidang ilmu yang diminati di jurusannya, Jasmine menyampaikan bahwa ia tertarik dengan keilmuan optimasi, statistik, dan simulasi. “Tapi fokusan saya lebih ke optimasi, saya tertarik karena keilmuannya menantang dan aplikasinya ada di banyak sektor industri,” terangnya.
Guna mengembangkan minatnya, ia pernah bergabung menjadi Asisten Laboratorium Pemodelan Quantitatif dan Analisa Kebijakan Industri yang lebih dikenal dengan sebutan laboratorium QMIPA. “Saya menjadi sekretaris selama satu semester, selain itu juga membantu dosen di kelas untuk membuat soal latihan, asistensi tugas besar, dan tutor di luar kelas,” paparnya.
Selain aktif di bidang ilmu yang diminati, Jasmine juga aktif dalam beberapa organisasi keagamaan. Persis dengan latar belakang sekolahnya, ia sangat berminat dengan organisasi di mana ia dapat mengembangkan diri khsusunya sebagai muslimah yang lebih baik.
“Saya sempat jadi staf di JMMI (Jamaah Masjid Manarul Ilmi ITS, red) dan organisasi Islam di TI,” aku anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Di akhir masa studinya, ia mengusung judul Tugas Akhir (skripsi) yakni Optimization of LPG Distribution Route Using Variable Neighborhood Tabu Search Algorithm. Secara umum, tugas akhir ini meneliti mengenai rute distribusi yang belum ada perencanaannya yang menyebabkan biaya yang dikeluarkan perusahaan menjadi lebih tinggi.
Dalam penelitian ini, Jasmine menawarkan algoritma metaheuristik yang bisa menyusun rute terpendek untuk distribusi tersebut. Keunggulannya, algoritma ini relatif cepat dibanding yang lain.
“Biaya dari rute yang dihasilkan juga jauh lebih kecil dari keadaan sekarang ketika tanpa ada perencanaan,” jelas peraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,53 ini.
Ke depan, Jasmine ingin meneruskan cita-citanya untuk kuliah ke jenjang master dan melanjutkan kerja di bidang yang diminatinya yakni keilmuan data science dengan fokusan optimasi industri. (ST05)