SURABAYATODAY.ID, TULUNGAGUNG – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jatim Arumi Bachsin meminta seluruh perajin di Jawa Timur tidak hanya fokus mengembangkan dan meningkatkan produktifitas barang, tetapin juga peduli lingkungan. Iamenegaskan memproduksi barang agar lebih bervariatif, berdaya saing, efektif dan efisien penting, namun perajin juga harus peduli dengan keberlangsungan lingkungan hidup di sekitar.
“Harapannya seluruh industri di bidang apapun khususnya di bidang kerajinan dapat semakin baik semakin efisien semakin efektif di segala bidang bukan hanya dari segi produksinya, tapi juga efek terhadap lingkungan hidup di sekitarnya,” ujarnya.
Hal ini diungkapkannya saat menjadi narasumber di acara sosialisasi industri hijau Pelatihan Singkat Pembuatan Produk Dekranasda dengan materi Teknik Pembuatan Bak Limbah Batik dan Praktik Pembuatan Canting Cap dengan Media Kertas di Hotel Crown Victoria, Tulungagung. Arumi yang juga menjabat sebagai Ketua TP PKK Jatim ini menyatakan, limbah cair dari pewarna sintetis batik akan berdampak buruk terhadap lingkungan jika limbah tersebut langsung dibuang tanpa diolah. Karena itu ia meminta para perajin memperhatikan hal tersebut.
“Apalagi bentuk limbah cair yang masuk langsung ke saluran-saluran air, itu kan pasti lebih cepat menyebar, kalau itu masuk ke dalam got kemudian terus sampai ke irigasi persawahan, perkebunan, itu zat-zat kimia terutama yang ada di pewarna kimia tentu saja tidak baik dan berbahaya bagi lingkungan,” jelasnya.
Lebih lanjut Arumi menjelaskan, limbah pewarna batik juga akan berpengaruh terhadap kesehatan. Sebab, efek negatif pewarna kimiawi dalam proses pewarnaan batik adalah risiko terkena kanker kulit.
Akibatnya, kulit tangan terus-menerus bersinggungan dengan pewarna kimia. Efeknya sangat berbahaya sehingga dapat memicu kanker kulit. “Yang terpenting, jangan lupa bahwa limbah pewarna tersebut bisa juga berdampak langsung ke kita, si manusianya, efek-efek terhadap kesehatan kita dan seterusnya,” imbuhnya.
Terkait hal tersebut, ia berpesan bahwa penting sekali bagi perajin batik untuk mengetahui cara pengolahan limbah produksinya sebelum membuang. “Harapannya itu untuk menjaga tanah kita menjaga lingkungan kita supaya tetap sehat,” katanya kembali.
Pada kesempatan itu, Arumi menyampaikan bahwa menjaga dan peduli lingkungan juga dapat dilakukan dengan menggunakan limbah kertas sebagai media canting cap untuk produksi batik. “Keuntungannya dapat menekan biaya produksi karena terbuat dari limbah kertas, lebih efisien dan tidak menguras tenaga karena lebih ringan dari canting cap umumnya yang terbuat dari tembaga,” jelasnya.
“Canting cap kertas terbuat dari limbah kertas merupakan salah satu alternatif alat batik untuk menekan biaya produksi sekaligus memudahkan bagi para perajin saat membatik dengan cap,” imbuhnya. (ST02)