SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Apakah Anda pernah secara tiba-tiba jantung berdebar secara tiba-tiba? Atau mungkin juga merasakan lemas tanpa sebab, atau pusing mendadak?
Jangan sepelekan hal itu. Bisa jadi itu adalah aritmia, atau gangguan irama jantung, yang sering kali tidak disadari hingga menyebabkan komplikasi serius. Gangguan ini terjadi ketika detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur, yang dapat menyebabkan gagal jantung.
Menurut dr. Chandra Wijaya, M.Kes, Head of Business Siloam Hospitals Surabaya, pihaknya ingin masyarakat menyadari pentingnya pemeriksaan jantung secara rutin. Karena itu, Siloam Hospitals Surabaya meluncurkan program SEDETAK (Screening Deteksi Aritmia Kita), yang menargetkan 3.000 orang untuk menjalani pemeriksaan elektrokardiogram (ECG) guna mendeteksi kelainan irama jantung sejak dini.
“Sering kali aritmia tidak terdeteksi karena gejalanya bisa samar atau muncul tiba-tiba. Melalui SEDETAK, kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan jantung rutin,” ujar dr Chandra.
Sedangkan dr Ragil Nur Rosyadi, Sp.JP (K), FIHA, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Siloam Surabaya menambahkan aritmia ini sering disebut “silent killer” karena bisa berkembang tanpa gejala yang jelas. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai meliputi jantung berdebar secara tiba-tiba, lelah berlebihan tanpa sebab yang jelas dan pusing atau sensasi melayang. Selain itu juga sesak napas, nyeri dada dan pingsan atau kehilangan kesadaran
Menurut dr Ragil Nur Rosyadi, banyak pasien baru memahami terkena aritmia setelah mengalami keluhan-keluhan tersebut. “Banyak pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan seperti jantung berdebar atau mudah lelah. Setelah diperiksa, barulah diketahui bahwa mereka mengalami gangguan irama jantung,” jelasnya.
Ia menjelaskan aritmia bisa dipicu oleh berbagai faktor. Di antaranya kelainan jantung bawaan, tekanan darah tinggi, gangguan hormon, seperti masalah tiroid, konsumsi kafein atau alkohol berlebihan, stres emosional dan kurang tidur, kebiasaan merokok dan penggunaan obat-obatan tertentu.
“Aitmia ini bahkan tidak hanya menyerang mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung. Seseorang dengan jantung sehat pun bisa mengalaminya,” terang dia.
Bagaimana cara mengatasi aritmia? dr Ragil menyatakan penanganan aritmia tergantung pada jenis dan tingkat keparahan gangguan irama jantung. Dijabarkan, RS Siloam Surabaya menawarkan berbagai metode pengobatan.
Yakni pemeriksaan diagnostik (menggunakan ECG, Holter Monitor (perekaman ECG 24 jam), atau eElectrophysiology Study (EP Study) untuk mendeteksi aritmia. Berikutnya adalah pengobatan dengan obat anti-aritmia (untuk menstabilkan detak jantung), terapi ablasi jantung (prosedur kateterisasi untuk menghancurkan jaringan penyebab aritmia) dan pemasangan pacemaker (untuk pasien dengan detak jantung yang terlalu lambat).
Selain itu ada langkah implantable cardioverter defibrillator (alat untuk mengontrol detak jantung dan memberikan kejutan listrik saat aritmia berbahaya).
“Gangguan irama jantung bisa terjadi kapan saja dan pada siapa saja. Karena itu, deteksi dini sangat penting. Dengan pemeriksaan rutin dan gaya hidup sehat, kita dapat mencegah dampak buruk dari aritmia,” tambah dr Ragil.
Di sisi lain, RS Siloam Surabaya berkomitmen dalam layana kardiovaskular sebagai pusat layanan kesehatan jantung.Direktur Siloam Hospitals Surabaya, dr Lisa Gunawan MM mengatakan pihaknya berkomitmen meningkatkan fasilitas dan tenaga medisnya.
Dikatakan nya, RS nya sedang menyelesaikan pembangunan gedung baru yang akan mulai beroperasi pada semester kedua tahun ini, dengan dukungan 13 dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, termasuk 10 sub-spesialis,. Layanan bedah jantung (Coronary Artery Bypass Graft/CABG) untuk kasus jantung kompleks, serta
teknologi terbaru dalam deteksi dan pengobatan aritmia
“RS Siloam Surabaya terus berkomitmen menghadirkan layanan terbaik untuk kesehatan jantung masyarakat. Dengan tenaga medis berpengalaman dan fasilitas canggih, kami siap menjadi rujukan utama dalam menangani aritmia dan gangguan kardiovaskular lainnya,” ujar dr Lisa Gunawan. (ST01)