SURABAYATODAY.ID, TRENGGALEK – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau berbagai program pemulihan habita laut di Pantai Mutiara Trenggalek dan Hutan Mangrove Cengkrong , Kabupaten Trenggalek, Jumat (17/2). Didampingi oleh Bupati Trenggalek Nur Arifin, gubernur yang akrab disapa Khofifah itu menikmati ekowisata bahari dengan menaiki kapal bersama Cak Ipin, panggilan akrab Bupati Trenggalek Nur Arifin.
Kemudian, keduanya mengunjungi rumah apung dan karamba terumbu karang di Pantai Mutiara. Ia juga melihat ke rumah ikan, bukit terumbu karang, dan underwater restocking yang ada.
Khofifah mengatakan bahwa pelestarian ekosistem laut dan pesisir merupakan salah satu dari usaha mewujudkan blue economy yang ditempuh Jatim. Pasalnya, kontribusi oksigen dunia bukan hanya berasal dari hutan tropis namun juga ekosistem pantai.
“Kalau green economy itu adalah pembangunan yang ramah lingkungan sementara blue economy adalah pembangunan yang tidak menimbulkan limbah,” ucap Khofifah.
“Ini adalah ekosistem tata ruang laut yang rangkaian prototype-nya kita coba di pantai Mutiara dan Prigi. Ini akan menjadi salah satu referensi bagaimana tata ruang biota laut dilakukan oleh Pemkab Trenggalek bersama Pemprov Jatim,” tambahnya.
Selain itu, disebut Khofifah, Pantai Mutiara Trenggalek merupakan destinasi wisata komprehensif. Sebab, fasilitasnya lengkap mulai dari home stay, tempat makan, musala, kamar mandi, toilet, gazebo, serta tempat parkir.
Lebih dari itu, biaya kunjungannya juga murah. Yakni Rp 5.000 per orang untuk sekali kunjungan dan Rp 2.000-5.000 untuk biaya parkir.
Setelah meninjau pantai mutiara, Gubernur Khofifah beserta rombongan meninjau objek wisata di Cengkrong Prigi. Di sana, orang nomor satu di Jatim itu meninjau progres pelestarian ekosistem mangrove.
Disampaikan Gubernur Khofifah, pada Maret 2023 akan diselenggarakan festival mangrove di Cengkrong. Rencana tersebut sudah disetujui bupati Trenggalek. “Jadi kalau festival mangrove ya menanam, ya menyemai benih terutama kepiting, ikan dan kemudian hilirisasi dari produk mangrove,” ujarnya.
Menurut Gubernur Khofifah ketika ada rencana nasional bahwa target 2060 tercapai net zero emission (NZE) , maka hampir tiap bulan dirinya selalu menanam mangrove bersama elemen lain di Jawa Timur.
“Karena kita merasa bahwa penanaman dan pemeliharaan sudah kita lakukan dengan sinergitas yang cukup bagus maka kita memulai festival mangrove dan sudah berjalan tiga kali,” tuturnya.
Disebutkan Khofifah, saat ini luasan mangrove di Jawa Timur 1.821 hektar. Per hektar kira-kira 3.300 pohon sehingga total lebih tujuh juta pohon mangrove di Jawa Timur dan itu setara dengan 48 persen hutan mangrove se Pulau Jawa. Selain rehabilitasi mangrove, Gubernur Khofifah juga mengatakan bahwa Pemprov Jatim juga melakukan rehabilitasi terumbu karang. Total rehabilitasi terumbu karang tahun 2019-2022 seluas 24,84 ha.
“Jadi ada atau tidak ada festival mangrove kita tetap nandur mangrove. Ayo bersama-sama kita nandur mangrove,” jelasnya.
Selain itu, hilirisasi sangat banyak yang sudah dilakukan , saat festival mangrove Maret nanti, pengunjung boleh melihat salah satu gift dari G20 untuk tamu kepala negara , yakni batik yang bahan warnanya berasal dari mangrove. Ada sirup mangrove, kue, kerupuk berbahan baku mangrove dan sebagainya. Dengan begitu, hal itu semakin meyakinkan betapa bahwa nilai tambah dari mangrove bisa dirasakan oleh masyarakat ketika ada penguatan kreativitas dan inovasi.
“Sisi pemberdayaan masyarakat terutama yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sini hilirisasinya sudah ada beragam produk. Jadi sisi ekonominya sudah dan akan bisa dirasakan,” jelasnya. (ST02)