SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Ketua TP PKK Jawa Timur Arumi Bachsin, membuka kegiatan Training of Trainers (ToT) bertajuk #MelajuKuatBersamaIbuPKK (Pahlawan Kemajuan Keluarga), yang diselenggarakan di Mercure Grand Mirama Hotel Surabaya, Selasa (8/11). Kegiatan tersebut terselenggara atas kolaborasi PKK Jatim dengan bekerjasama dengan Frisian Flag Indonesia, utamanya sebagai upaya menekan stunting di Jatim.
Sebanyak 45 peserta yang hadir berasal dari berbagai daerah diantaranya Kabupaten Bondowoso, Sumenep, Mojokerto dan Malang.
Pelatihan yang diselenggarakan dalam satu hari tersebut, memberikan berbagai macam materi. Di antaranya nutrisi dan gizi general oleh Wakil Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof drg Sandra Fikawati.
Selain itu, ada pula materi tentang Kondisi Nutrisi dan Gizi Jatim olehAnalis Kesehatan Dinkes Prov Jatim Sujud Maradi, Pengelolaan limbah oleh Project Officer Waste4Change Tasya Oemar dan terakhir yakni materi Pengelolaan Keuangan oleh Financial Planner sekaligus Financial Content Creator Bareyn Mochaddin.
“Ini merupakan kolaborasi yang tepat. Bapak/Ibu memiliki tugas berat untuk memberikan ilmu dan dipraktikkan di wilayah masing-masing. Serta jangan lupa untuk membagikan ilmu ke kabupaten/kota tetangga,” kata Arumi.
Menurutnya, TP PKK memiliki kekuatan yang luar biasa untuk memberikan edukasi pada keluarga mulai dari tingkat dasawisma, RT hingga RW. Dimana pada program kerjanya (pokja) terdapat 4 pokja yang memiliki tugas dan fungsi yang bersinambung dengan kesejahteraan masyarakat dari usia lahir hingga lanjut usia.
Materi yang diberikan pada peserta, dikatakan Arumi baik terkait nutrisi gizi, pengolahan sampah maupun finansial planing memiliki keterkaitan yang luar biasa. Menurutnya, materi ini memiliki ketekaitan dengan penanganan stunting yang saat ini tengah menjadi fokus program TP PKK Jawa Timur.
“Saat ini di Jatim stunting kita sudah mencapai angka 23,5 persen. Kita diharapkan bisa menurunkan angka stunting di angka 14 persen pada 2024,” ujarnya.
Untuk menurunkan angka stunting di Jatim, Arumi menambahkan diperlukan kolaborasi di segala sektor baik pemerintah, swasta, serta orang tua yang diharapkan memiliki kesamaan visi dan misi terkait menurunkan angka stunting secara signifikan.
“Di PKK kami baru-baru ini memiliki program yakni minum susu dan telur di beberapa SD. Mudah-mudahan kita biasakan sejak kecil, sehingga kebiasaan tersebut terbawa hingga dewasa. Dimana salah satu penanganan stunting yakni dilakukan dengan meningkatkan makanan begizi. Itu yang paling baik,” jelasnya.
Selain itu, untuk menekan angka stuntimg diperlukan pula akses mendapatkan makanan bergizi haruslah mudah. Apalagi, Jawa Timur merupakan penghasil susu dari sapi perah dengan presentase yang cukup tinggi.
“Uniknya, masih banyak ditemukan anak peternak susu sapi perah yang stunting. Penyebabnya karena orang tua yang sibuk memerah susu sapi dipagi hari, dan hasilnya 100 persen dijual tidak diberikan kepada anaknya,” kata Arumi.
Selain itu, materi pengolahan sampah yang akan diberikan juga berkaitan dengan penanganan stunting. Arumi menambahkan, kesalahan pengolahan sampah berdampak pada timbulnya kurang gizi yang ternyata dapat mengakibatkan infeksi tinggi.
“Apalagi 1000 hari kehidupan, antibodi anak masih lemah. Itu awal masuknya infeksi dan seterusnya menjadi lingkaran hitam,” imbuhnya.
Terkait materi financial planning, Arumi mengatakan materi tersebut merupakan salah satu cara mengelola keuangan secara komperhensif menuju keluarga yang sejahtera.
“Bagaimana kita merencanakan uang, karena ini memiliki peranan penting. Banyak sebetulnya keluarga yang mampu, tapi ada juga orang mampu yang anaknya masuk kategori stunting karena kurangnya edukasi dan prioritas dalam rumah tangga,” jelasnya.
Terakhir, Arumi berharap usai pelatihan para peserta dapat menyampaikan pesan ini kepada masyarakat luas. Di mana nantinya, juga akan dilakukan monitoring untuk memastikan keefektifan pelatihan yang telah diberikan. (ST02)