SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Tingginya angka kematian bayi akibat asfiksia kandungan melatarbelakangi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas inovasi. Melalui inovasi berupa karya tulis ilmiah (KTI) dengan fokusan proyek desain oksimeter janin non-invasif ini berhasil menyabet juara 1 Writing Competition yang diselenggarakan oleh Beswan Djarum, Djarum Foundation di Bali, belum lama ini.
Najla Rasikha Putri Harza, mahasiswa Departemen Teknik Biomedik yang mengukir prestasi tersebut mengungkapkan bahwa hal ini berawal dari keprihatinan terkait tingginya jumlah kematian bayi karena asfiksia kandungan. Tak hanya itu, teknologi yang tersedia untuk mengukur saturasi oksigen janin saat ini kurang mumpuni dan berisiko tinggi.
Sebagai contoh, oksimeter dengan penggunaan elektroda sehingga harus ditempelkan ke kulit kepala bayi di dalam kandungan yang akan memunculkan risiko injury atau trauma pada calon bayi.
Mengenai asfiksia kandungan, penyakit ini merupakan salah satu efek fisiologis yang paling banyak terjadi dari hipoksia, yaitu kondisi jaringan tubuh mengalami kekurangan oksigen. Pada tingkat keparahan yang tinggi, hipoksia dapat menyebabkan kematian bayi karena disebabkan oleh kerusakan otak dan organ yang kemudian disebut birth asphyxia.
“Melihat itu, perlu dianalisis lebih lanjut cara efektif untuk mendiagnosis komplikasi yang dapat terjadi selama kehamilan,” jelasnya.
Dalam usulan gagasan ini, Najla merancang sebuah sistem terintegrasi yang terdiri dari hardware dan software untuk melakukan pengukuran saturasi oksigen (SpO2) janin secara non-invasif. Alat ini disebut dengan Fetox (Fetal Oximeter). Sistem Fetox sendiri terdiri dari hardware yang terdiri dari detector band yang berisikan emitter dan detektor untuk mengemisikan foton dan menangkap sinyal pantulan foton.
Sinyal itu kemudian akan diteruskan melalui control board untuk mengontrol kerja detector band dan melakukan ekstraksi sinyal janin, serta software berupa program untuk menampilkan visualisasi data SpO2 janin. Sinyal yang telah dideteksi detector band disalurkan ke control board untuk mengontrol besar foton yang diinjeksi ke rahim ibu, mengamplifikasi sinyal, serta melakukan ekstraksi sinyal pada mikrokontroler.
Lebih lanjut, hasil ekstraksi sinyal yang dilakukan oleh Fetox akan ditampilkan pada User Interface App yang ter-install pada laptop maupun smartphone, sehingga Fetox bersifat portable. Hasil pengukuran tingkat dan status SpO2 janin akan ditampilkan pada interface program secara real time.
“Dengan sistem yang terintegrasi, pengguna dapat dengan cepat mendapatkan bantuan medis dengan menggunakan menu hotline UGD rumah sakit,” ujarnya.
Hebatnya, inovasi dengan judul Oksimeter Janin Non-Invasif untuk Mendeteksi Hipoksia Kandungan Menggunakan Kontrol Optode dan Algoritma Ekstraksi Sinyal Janin ini telah digemborkan melalui pilot program yang dilakukan di Kabupaten Jember, Jawa Timur, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Jember terkait pengadaan dan distribusi Fetox. Implementasi ini juga ditargetkan dapat menurunkan tingkat kematian bayi sebesar 38,27 persen dan penurunan secara general sebesar 9,56 persen.
Karya yang dihasilkan ini muncul berdasarkan pada hasil proyek desain yang diketahui merupakan salah satu mata kuliah wajib di Teknik Biomedik yang telah diambil pada semester 6. Dari mata kuliah tersebut, lahirlah Fetox yang merupakan gagasan utama yang dibawakan oleh Najla. Pada akhir semester, inovasi Fetox juga berhasil mendapatkan penghargaan 2nd Place Best Planner (Best Project) pada presentasi akhir mata kuliah.
“Akhirnya saya putuskan untuk membawa dan mengembangkan gagasan Fetox lebih jauh lagi,” tuturnya.
Dengan berbagai pencapaian yang telah dilakukan sejak awal di departemennya sendiri, Najla terus berharap penuh ke depannya bersama instansi terkait akan dilakukannya hilirisasi produk secara masif. Diharapkan juga dapat dikembangkan lebih lanjut dan dipatenkan agar dapat membantu mengurangi tingkat kematian bayi karena asfiksia kandungan di Indonesia. (ST05)