SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak Surabaya, Fajar Setiawan mengimbau kepada masyarakat terutama yang tinggal di pesisir agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Sebab, saat ini suplai uap air di wilayah Indonesia masih banyak, sehingga hujan bakal sering terjadi.
Ini juga karena menguapnya Angin Timuran yang dapat menyebabkan angin kencang dan gelombang pasang mengalami peningkatan.
“Itu karena adanya fenomena supermoon atau perigee, yang mana bulan berada pada posisi dekat dengan bumi. Ini akan menyebabkan banjir pasang yang akan lebih intensif terjadi. Prediksi kami terjadi mulai dari pertengahan sampai akhir Juni, juga akan terjadi pada pertengahan Juli,” katanya.
Dari ketiga faktor ini, Fajar kembali berpesan kepada masyarakat agar senantiasa update informasi cuaca. Utamanya terhadap adanya potensi-potensi bahaya yang timbul. Nah, apabila menemukan kondisi bahaya atau peringatan bahaya dari BMKG, pihaknya berharap masyarakat tidak memaksakan diri beraktivitas.
“Prediksi kami puncak supermoon itu terjadi besok sekitar pukul 18.00 WIB, yakni bulan purnama yang jaraknya dekat dengan bumi. Untuk fenomenanya terjadinya besok, tapi kalau dampaknya bisa dirasakan mulai saat ini sampai tanggal 17 Juni. Dampak yang paling utama adalah air pasang,” imbuhnya.
Terpisah, Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Juanda Sidoarjo, Teguh Tri Susanto menyatakan hal yang sama. Menurutnya, saat ini memang tengah ada fenomena global La Nina yang masih berlanjut. Juga, fenomena suhu muka laut yang lebih hangat di sekitar wilayah Jawa Timur.
“Kalau pertanyaan apakah ini kemarau basah, mungkin masyarakat dibebaskan saja dalam memberikan sebutan, yang penting sadar bahwa ada potensi hujan sepanjang tahun ini,” kata Teguh.
Ia juga menegaskan, bahwa BMKG memprediksi potensi hujan akan tetap ada sepanjang tahun 2022. Namun demikian, ia berpesan, bahwa kondisi kemarau basah karena anomali iklim ini tidak bisa dijadikan patokan akan terjadi selamanya.
“Ini sebagai gambaran umum, untuk penguatannya bisa tetap memantau perkembangan cuaca dalam skala meteorologi (1 harian, 3 harian, 7 harian) di kanal-kanal resmi atau kontak BMKG,” jelasnya. (ST01)