SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) Jawa Timur meminta pemerintah memperbaiki produksi hulu sektor pertanian dan perkebunan. Langkah ini penting untuk menekan ongkos produksi sekaligus memperbaiki produktivitas.
“Saat ini produksi pertanian dan perkebunan masih di bawa rata-rata. Seperti kopi dan kakao itu masih di kisaran 600-700 kg per hektar. Idealnya 1-1,5 ton per hektar,” kata Ketua GPEI Jawa Timur, Isdarmawan Asrikan.
Dengan memperbaiki produk pertanian dan perkebunan, lanjutnya, bisa mengganti bahan baku industri pangan atau olahan, yang banyak bergantung dari impor. Sementara ongkos mendatangkan barang dari luar negeri tidak murah.
“Sekarang ramai perang Rusia dan Ukraina. Sementara kita punya pasar di Rusia, yakni produk kopi-susu. Sebaliknya, Ukraina salah satu negara pemasok gandum ke Indonesia. Belum lagi ongkos ocean freight sekarang naiknya berlipat-lipat,” urainya.
Disebutkan Isdarmawan bahwa ocean fright tujuan pelabuhan utama di Eropa mencapai tembus USD15.000 per peti kemas ukuran 40 kaki. Padahal sebelum pandemi Covid-19 harganya masih USD2.500.
Begitu juga dengan ongkos tujuan Amerika Serikat (AS). Untuk tujuan east coast tembus USD19.000-21.000. Sebelum pandemi di kisaran USD3.000-USD4.000. Sedangkan tujuan west coast sudah mencapai USD13.000-USD15.000 dari USD2.000-USD3.000.
“Ini jelas memberatkan pengusaha, dan kita tidak bisa berbuat banyak, karena pasar lah yang menentukan (tarif),” tegasnya.
Ditambah lagi Indonesia tidak memiliki kapal perdagangan internasional. Padahal Indonesia pernah memiliki Djakarta Llyod dan Trikora Llyod di era 80 hingga 90-an.
GPEI Jatim berharap ada teknologi untuk mendongkrak produktivitas produk pertanian dan perkebunan. Sementara lahan yang ada masih memungkinkan untuk dikembangkan. Terlebih Indonesia merupakan negara agraria yang berpotensi meningkatkan produksi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur ekspor produk pertanian tercatat USD137,9 juta pada bulan Februari 2022. Nilai tersebut berkontribusi 7,4 persen dari total ekspor Jatim yang mencapai USD1,8 miliar. (ST01)