SURABAYATODAY.ID, MAGETAN – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa terus mendorong pelaku usaha kecil menengah (UKM) Jatim menembus pasar global. Salah satunya melalui program desa devisa yang diinisiasi oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
“Program ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin karena UMKM Jawa Timur memiliki peluang yang besar untuk berpartisipasi dalam perdagangan internasional dan Global Value Chain (GVC),” ungkap Khofifah saat berkunjung ke UD Bambu Murni, Desa Ringinagung, Kabupaten Magetan, Jumat (18/2).
Ia mengatakan, seluruh kepala daerah harus mampu mengidentifikasi dan menyisir potensi daerah yang bisa masuk pasar ekspor. Setelahnya, pemerintah daerah bisa fokus pada pemenuhan aspek kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produksi, memperhatikan keunggulan produk, dan mempersiapkan produk agar sesuai dengan tuntutan pasar domestik maupun global.
Khofifah mengatakan bahwa Jawa Timur mendapatkan kuota sebanyak 15 desa dari LPEI untuk menjadi desa devisa.
Mengingat potensi Jawa Timur sangat besar, maka ia mengusulkan kepada LPEI untuk menambah kuota menjadi 20 desa devisa. “Sementara kita identifikasi mana yang kemungkinan bisa mendapatkan persetujuan untuk dijadikan Desa devisa dalam prioritas bulan-bulan ini. Sehingga kenapa di setiap kunjungan saya mencoba untuk melakukan identifikasi dan assesment,” imbuhnya.
“Semakin banyak yang berhasil kita identifikasi, maka semakin besar pula peluang yang bisa kita ambil,” tambah Khofifah.
Kepada Bupati Magetan Suprawoto, Gubernur Khofifah berpesan agar segera mengidentifikasi produk-produk unggulan di kabupaten khususnya kopi jenis Liberica yang terletak di lereng Gunung Lawu. Menurutnya, Kabupaten Magetan memiliki dua produk unggulan potensial yang bisa diusulkan desa devisa.
Khofifah mencontohkan, produk yang dihasilkan IKM Bambu Murni Desa Ringinagung dan Kopi Gunung Lawu jenis Liberica. Kedua potensi tersebut bisa disiapkan untuk bisa dilakukan assessment oleh LPEI. Apalagi, kata dia, potensi komoditas kopi dan marketnya cukup besar di dunia.
“Beberapa hari yang lalu saya ke Madiun, kita menemukan kopi jenis excelsa dari lereng Gunung Wilis. Di Kabupaten Magetan ini selain pengrajin anyaman bambu ada potensi besar yaitu kopi dari lereng gunung Lawu yang langka di dunia. Karena ada komoditas yang sangat terbatas yang itu bisa dihasilkan Kopi Lereng Gunung Lawu jenis Liberica,” pujinya.
“Kalau kemarin di Lereng Gunung Wilis jenis kopinya excelsa yang juga sangat terbatas produksinya di dunia hanya 7 persen, sedangkan Kopi Liberica Lereng Gunung Lawu ini lebih terbatas lagi produksinya,” ujarnya.
Sementara itu, dalam kunjungannya ke UD Bambu Murni, Gubernur Khofifah juga melakukan dialog dengan para pengrajin. IKM Kerajinan Bambu tersebut berdiri sejak tahun 1980-an, dengan jumlah pekerja sebanyak 15 orang.
Hasil kerajinan anyaman yang diproduksi pun berbagai macam dari bambu jenis apus dan hitam. Di antaranya keranjang buah, keranjang susun, tempat lampu, bakul nasi, dan sebagainya. Produk-produk tersebut dikirimkan ke daerah-daerah yang ada di Jatim, Jateng, serta DIY. (ST02)