SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Polda Jatim mengungkap kasus dugaan investasi bodong alat-alat kesehatan (alkes) di Surabaya. Polisi menetapkan satu orang sebagai tersangka atas kerugian yang diperkirakan mencapai Rp 30 miliar lebih itu.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Gatot Repli Handoko mengatakan satu tersangka tersebut berinisial TNA. “Dia (tersangka) usia 36 tahun, warga Surabaya,” ungkapnya, Rabu (26/1).
Ia menjelaskan dalam perkara ini tersangka berperan sebagai otaknya. TNA disebut juga merekrut beberapa orang untuk menjadi anak buahnya.
“Ia mengajak beberapa orang untuk ikut dalam investasi alkes fiktif ini,” terangnya.
Sementara itu, Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim AKBP Lintar Mahargono menambahkan, modus yang digunakan tersangka adalah, menawarkan keuntungan sebesar Rp 40 persen terhitung 12 sampai 17 hari setelah pemodal transfer sejumlah uang padanya.
Untuk meyakinkan para korban, tersangka juga merekrut beberapa agen yang bertugas mencari calon korban. Selain itu, ia juga membekali para agen itu dengan Surat Perintah Kerja (SPK) yang didapatnya dari sejumlah rumah sakit.
“Dia mengambil contoh-contoh paket alkes di Google, kemudian mencetak SPK fiktif yang diklaim dari sejumlah rumah sakit di luar Jawa, untuk meyakinkan korban,” jelas AKBP Lintar Mahargono.
Ia menyebut, dari enam laporan polisi yang diterimanya, total kerugian yang diderita korbannya Rp 30 miliar. Angka kerugian dan jumlah korban, disebutnya bisa bertambah mengingat tersangka sudah melancarkan aksinya sejak 2020 lalu. Ia juga membenarkan, bahwa tersangka memanfaatkan kondisi Covid-19 ini untuk menarik korbannya.
“Sebagian besar Alkes yang ditawarkan adalah untuk keperluan Covid-19. Jadi ia meyakinkan korbannya jika Alkes itu pasti laku di pasaran,” tegasnya.
Atas kasus ini, tersangka pun dijerat dengan pasal 378 KUHP tentang penipuan dan pasal 3, 4, 5, 6 jo pasal 10 Undang-Undang no 8 tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). (ST04)