SURABAYATODAY.ID, LUMAJANG – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta kepada para relawan untuk ikut membantu melakukan pemetaan terkait berbagai permasalahan untuk meningkatkan kualitas layanan pengungsi. Terutama bagi para pengungsi yang maauk kategori ibu hamil, difable, anak kecil dan lansia.
“Tolong dibantu pemetaan bagaimana di area pengungsian ini memungkinkan anak-anak tinggal lebih nyaman,” katanya.
“Untuk lokasi anak-anak bisa dibantu komunikasikan dengan pengelola pengungsian pun termasuk untuk lansia, ibu hamil dan difable. Karena makanan anak-anak harus disiapkan tersendiri apalagi yang masih bayi atau balita, karena di dapur umum seringkali makanan dewasa,” lanjutnya.
Tidak hanya soal makanan, tapi juga hal-hal sehari-hari seperti air panas. “Water heater misalnya, anak-anak terutama bayi mungkin perlu mandi air hangat termasuk untuk permakanannya,” kata Khofifah lagi.
Dia pun berharap, masa tanggap darurat 14 hari ini dapat selesai dan segala persoalan terkait pengungsian salah satunya tempat hunian sementara dapat segera terealisasikan. Hal ini mengingat masih terdapat beberapa lokasi dengan kategori rawan bencana dan beresiko tinggi agar sementara tidak ditinggali.
“Pada kondisi seperti ini harus ada opsi hunian sementara atau huntara, untuk memberikan tempat bernaung dan berlindung lebih aman. Karena tinggal di pengungsian juga tidak boleh terlalu lama,” terangnya.
“Tidur bersama banyak orang yang tidak saling kenal tentu butuh adaptasi husus. Ada yang mengambil posisi tidur di luar gedung tempat pengungsian. Bila berhari-hari dengan cuaca dingin bahkan hujan seperti saat ini maka yang tidak terbiasa dihawatirkan kondisi badannya bisa drop,” ungkapnya.
Lebih lanjut, orang nomor satu di Jatim ini juga meminta para relawan untuk membantu pendataan bagi pengungsi yang belum divaksinasi Covid-19. Hal ini dikarenakan masih ada pengungsi yang belum divaksin Covid-19. Nantinya, data tersebut dapat diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi Jatim yang akan berkoordinasi baik dengan Dinkes Lumajang maupun Biddokkes Polda Jatim ataupun Kodam V Brawijaya.
“Mohon dibantu pendataan pengungsi agar berkenan untuk divaksin, supaya mereka terlindungi karena di pengungsian mereka bertemu dengan masyarakat lain dalam intensitas tinggi. Saat ini situasi pandemi Covid-19 belum aman,” katanya.
Selain dari sisi medis, mantan menteri sosial RI ini pun berharap para relawan juga membantu pemulihan secara psikologis. Dimana banyak para pengungsi saat ini ke pusat layanan kesehatan tetapi lebih banyak mengeluhkan soal psikis dibandingkan kesehatan.
Gubernur perempuan pertama di Jatim ini juga berharap ada kanal atau saluran yang bisa menampung berbagai masukan dan informasi dari para relawan untuk berinteraksi dengan Dansatgas dan pengambil keputusan agar bisa melakukan respon cepat. Dengan adanya kanal ini maka berbagai masukan dan informasi tersebut dapat dipetakan dan segera diberikan respon cepat oleh pihak terkait. Baik melalui call center atau grup Whatsapp.
“Jadi kita bisa terus mengupdate berbagai relomendasi tersebut dan bisa segera kita respon. Karena saya yakin teman-teman semua berasal dari berbagai spesifikasi dan latar belakang keahlian yang tentunya dapat memberikan penguatan dan dukungan bagi para pengungsi,” katanya.
“Group WhatApp relawan yang dikordinasikan Ka Pusdalop BNPB dan Dansatgas tolong saya juga diinvite. Saya minta quick response, ini penting karena apa yang kita lakukan bisa memberikan info dan layanan terbaik,” katanya.
Sebelumnya, Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan bahwa pertemuan ini merupakan inisiasi dari Gubernur Jatim yang ingin silaturrahim dan saling sapa dengan para relawan. Hal ini dikarenakan para relawan telah tiga hari bersama-sama membantu dalam penanganan APG Semeru ini bertemu di lapangan tetapi belum saling sapa.
“Ibu Gubernur melihat teman-teman semua telah bekerja keras dan melakukan langkah terbaik untuk meringankan beban saudara kita yang terkena bencana. Terimakasih teman-teman Relawan, yang penting jangan lupa jaga kesehatan,” katanya.
Sementara itu, Mbah Dharmo, salah satu relawan dari Forum Pengurangan Resiko Bencana memberikan rekomendasi terkait keterpaduan data dan logistik yang perlu dikelola lebih efektif. Menurutnya, harus ada satu mekanisme terkait dengan pendataan di masing-masing tempat. Lalu, memilah bantuan-bantuan yang sejauh ini sudah diterima agar sesuai kebutuhan sehingga berbagai bantuan distribusi dan penggunaannya semakin efektif.
“Pendataan dan pendistribusian logistik semakin terpadu termasuk pengolahan data untuk kebutuhan pengungsi. Diharapkan setelah pertemuan ini, akan lebih efektif khususnya soal pendataan dan distribusi logistik,” terangnya.
Beberapa relawan yang hadir di antaranya berasal dari NU Peduli, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Relawan Muhammadiyah Jawa Timur, Perhimpunan Indonesia Tionghoa, Gusdurian Peduli, Pekat IB, Wana Rescue, ARMI Kediri dan sebagainya. (ST02)