Surabayatoday.id, Lumajang – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, Pangdam V Brawijaya Mayjend TNI Suharyanto, Kapolda Jatim Irjenpol Nico Afinta, Sekdaprov Jatim serta bupati Lumajang meninjau lokasi dampak bencana erupsi Gunung Semeru, Kamis (3/12). Dalam peninjauan itu, dampak erupsi Gunung Semeru disikapu secara simultan dan sinergis oleh Pemprov Jawa Timur, Pemkab Lumajang dan pemerintah ousat.
Beberapa perencanaan langkah strategis diambil. Mulai dari penambahan sistem peringatan dini bencana erupsi untuk masyarakat sekitar, memperbanyak panduan jalur evakuasi bencana, hingga rencana mengeruk sedimentasi material di jalur aliran lahar erupsi Gunung Semeru.
Gubernur Khofifah menyebutkan, saat ini yang dibutuhkan adalah sistem peringatan dini atau early warning system yang benar dan cepat bagi masyarakat kawasan lereng Semeru. Menurutnya, dibutuhkan lebih banyak pihak yang mampu menyebarluaskan tentang peringatan dini erupsi.
“Tetapi sumber informasi harus satu pintu agar tidak terjadi dispute,” katanya.
Gubernur yang pernah menjabat sebagai Menteri Sosial ini meminta agar radio komunitas dan ORARI (Organisasi Amatir Radio Indonesia) turut berperan aktif dalam penyebaran informasi terkait erupsi Gunung Semeru.
Sementara itu, dalam tinjauan ini, ada dua lokasi di kawasan Gunung Semeru yang didatangi. Lokasi pertama adalah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Api Semeru di Dusun Kajar, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang.
Di pos pemantauan tersebut, baik Gubernur Khofifah maupun Kepala BNPB Doni Monardo sama-sama berupaya untuk menginventarisir dampak bencana yang harus diantisipasi ke depan, hingga kondisi terkini aktivitas vulkanik Gunung Semeru.
“Kedatangan kami ke sini adalah kami ingin update dari seluruh proses mulai terjadinya erupsi hingga mitigasi yang harus kita lakukan terkait upaya perlindungan masyarakat di area kondisi rawan bencana ( KRB), proses evakuasinya, dan detail mitigasi dan dampak erupsi Gunung Semeru dengan mengunjungi pos pantau ini,” terang Khofifah.
Dikatakan, semua harus termitigasi secara detail terutama yang terkait dengan potensi kebencanaannya. “Sehingga dapat diantisipasi secara komprehensif baik titik kumpul dan pengungsian, jalur evakuasi, saluran lahar dan sebagainya sehingga masyarakat terlindungi ,” paparnya.
Di pos tersebut diketahui terkait jangkauan awan panas dan dampaknya akan mengarah ke mana saja. Berapa jauh titik aman, dan juga kawasan pemukiman warga mana yang harus dievakuasi kembali.
Titik kedua yang juga ditinjau adalah kawasan jalur aliran lahar erupsi Gunung Semeru di Dusun Curah Kobokan Desa Supiturang Kecamatan Pronojiwo.
Di sana tampak bahwa sedimentasi material luapan erupsi Gunung Semeru sudah sangat menebal. Bahkan timbunan material di jalur aliran lahar tersebut sudah mencapai lebih 15 meter dari kondisi sebelum erupsi.
Padahal saat ini, potensi erupsi masih belum berhenti dan guguran awan panas masih terus berlangsung. Karena sudah terpetakan, maka dikatakan Gubernur Khofifah, dibutuhkan adanya pengerukan di lokasi tersebut agar jalur ini tetap bisa menjadi jalur aman untuk aliran lahar, dan tidak sampai meluber ke perkampungan rumah warga.
Untuk jalur aliran lahar di dusun Curah Kobokan ini ketebalan sedimentasi sudah mencapai lebih 15 meter,. “Jadi harus dikeruk agar jika ada material dari erupsi gunung, tidak ada yang meluber ke perkampungan warga. Bapak Kepala BNPB tadi langsung kordinasi dengan Menteri PUPR dan tim TNI akan siap mendukung proses pengerukan. Tetapi harus sangat waspada mengingat sedimentasi material gunung Semeru. Pengerukan ini penting supaya kanal saluran lahar tetap bisa mengalir,” kata Khofifah. (ST02)