SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Penanganan Covid-19 di Surabaya dinilai cukup bagus. Karena itu Kota Surabaya bakal dijadikan percontohan nasional dalam menuju Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen.
Hal ini diketahui dari pernyataan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi saay menerima kunjungan tenaga ahli Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Andani Eka Putra. Dalam pertemuan itu, salah satunya membahas mengenai pelaksanaan PTM di Surabaya.
“Kemarin (Senin) tenaga ahli Kemenkes dr Andani datang ke Surabaya. Salah satunya ketika Surabaya ini sudah 100 persen vaksinnya, sudah level 1, (vaksin) lansia sudah 94 persen. Maka ada kesepakatan bersama 4 Menteri, itu akan 100 persen sekolahnya Surabaya, ” kata Eri Cahyadi
Ia menyatakan, intinya pemerintah pusat ingin menjadikan Kota Surabaya sebagai acuan Nasional dalam menuju penyelenggaraan PTM 100 persen. Sebab, pemerintah pusat menilai, Surabaya adalah daerah yang paling siap untuk melaksanakan kebijakan itu.
“Kota Surabaya dijadikan sebagai acuan. Karena selama ini asesmennya, lapangan cek, setelah itu melakukan (Surveilans) 10 persen di sekolah tadi ternyata Surabaya yang paling siap,” ujarnya.
Menurut dia, terkait penanganan Covid-19 maupun penyelenggaraan PTM, Kota Surabaya dipandang paling berhasil oleh pemerintah pusat. kemudian, Surabaya bisa menjadi contoh bagi kabupaten/kota atau kepala daerah lain di Indonesia.
Ternyata dipandang pemerintah pusat ini (Surabaya) yang terbaik. Sehingga Kota Surabaya bisa dicontohkan ke tempat-tempat (daerah) lainnya,” ungkap dia.
Bagi Eri, yang terpenting adalah PTM di Surabaya dapat berjalan. Sebab, ketika para pelajar hanya mengikuti pendidikan melalui keberanian, maka akan sangat sulit bagi mereka untuk lebih memahami pembelajaran yang diberikan.
“Yang penting pendidikan ini berjalan. Karena kalau tidak bertemu (PTM), ini agak susah. Yang kedua selalu saya katakan minta izin orang tua,” katanya.
Meski demikian, Eri kembali menegaskan bahwa sekolah satu-satunya tempat penularan Covid-19. Sebab, bisa saja anak itu tertular Covid-19 ketika bermain atau beraktivitas di luar sekolah.
“Jadi sekolah bukan satu-satunya tempat penularan. Kalau sekolah dilarang pakai anaknya di rumah dibiarkan, jangan sampai waktunya sekolah kena, terus sekolah yang disalahkan,” tegasnya. (ST01)