SURABAYATODAY.ID, SIDOARJO – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong perpustakaan terus mengembangkan inovasi terutama berbasis digital. Hal ini karena peran perpustakaan semakin penting. Tidak hanya membudayakan gemar membaca, tetapi juga meningkatkan literasi masyarakat untuk menghadapi era Society 5.0.
Menurutnya, saat ini zaman sudah berubah. Dulunya kesulitan mencari informasi, sekarang ini kesulitannya adalah memilih dan memilah informasi. Di era keberlimpahan informasi saat ini, perpustakaan harus terus berinovasi secara digital.
“Karena di era ini perpustakaan tidak hanya sekedar membudayakan gemar membaca, tapi juga diharapkan meningkatkan literasi digital,” kata Gubernur Khofifah saat menjadi narasumber dalam Webinar Literasi untuk Kesejahteraan : Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial secara virtual di VVIP Room Bandara Juanda Sidoarjo, Senin (15/11).
Khofifah mengatakan, perkembangan teknologi memungkinkan setiap orang bisa mengakses dan mendapatkan informasi dari manapun. Hal ini selain memiliki dampak baik, juga memiliki dampak kurang baik, dimana informasi yang tidak terukur tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Untuk itu, kata dia, kemampuan literasi yang harus dimiliki masyarakat adalah mampu memilih dan memilah informasi. Kemampuan ini, lanjutnya, bisa dilatih dengan kebiasaan membaca. Dan ini menjadi salah satu peran penting perpustakaan.
Saat ini, kata Khofifah, Perpustakaan Jawa Timur mengembangkan sejumlah inovasi untuk meningkatkan literasi masyarakat. Di antaranya, menghadirkan layanan peminjaman dan pengembalian dengan konsep drive thrue. Perpustakaan Jawa Timur juga bisa diakses secara digital melalui aplikasi “dJatim” yang dapat diunduh di Playstore.
Menurutnya, saat ini dengan transformasi digital yang bisa diakses oleh kita semua memungkinkan dan memudahkan semua untuk bisa melakukan sesuatu lebih efektif, lebih cepat, lebih murah dan bisa lebih mudah diakses oleh siapa saja. “Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” terangnya.
Melihat fenomena tersebut, Khofifah berharap agar perpustakaan juga dapat mengembangkan layanan berbasis inklusi sosial. Di samping itu, juga mampu memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan melihat keragaman budaya yang ada, kemauan untuk menerima perubahan, menawarkan kesempatan berusaha, serta melindungi dan memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM).
Lebih lanjut, Khofifah berharap layanan dan fasilitas yang ada di perpustakaan terus dikembangkan. Di mana di Jatim ada perpustakaan yang memberikan layanan drive thru, baik untuk memesan buku secara online maupun pengembaliannya. Kemudian juga penguatan layanan perpustakaan digital berbasis android yakni ‘dJatim’, serta inovasi layanan Dolen (dongeng online).
“Bagaimana membangun format-format perpustakaan yang lebih friendly terhadap pengunjung, format-format perpustakaan yang membuat pengunjung untuk betah berlama-lama di perpustakaan itu,” tambahnya.
Diuraikan, pembangunan urusan perpustakaan akan mendapatkan perhatian penuh dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur karena merupakan fondasi pengembangan Sumber Daya Manusia menjadi insan yang sejahtera, unggul dan berakhlak, apalagi dalam era desrupif seperti sekarang ini.
Sekarang ini di Jawa Timur, terdapat 27.866 Perpustakaan, terdiri dari 78 Perpustakaan Umum, 3.668 Perpustakaan Desa, 17.862 Perpustakaan Sekolah, 4.378 Perpustakaan Rumah Ibadah, 529 Perpustakaan Dinas, 305 Perpustakaan Perguruan Tinggi dan 1.046 Perpustakaan Pondok Pesantren. Keberadaan perpustakaan ini harus dikembangkan baik kuantitas maupun kualitas, minimal diselenggarakan sesuai dengan Standar Nasional Perpustakaan.
Tidak hanya itu, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur juga memiliki berbagai bahan pustaka warisan budaya yang penuh dengan ajaran nilai-nilai luhur dan kearifan lokal. Seperti cerita Panji dari Kerajaan Kediri Abad ke-11 M, karya Mpu Dharmaja. Koleksi naskah Panji ini sendiri telah ditetapkan sebagai “Memory of the world”.
“Kita masih punya warisan lainnya, seperti dari jaman Singosari dan Majapahit, yang perlu digali, dikaji, disimpan di perpustakaan, dan dikemas ulang secara menarik agar menjadi bahan bacaan yang disukai masyarakat , sebagai upaya kita untuk melestarikan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal warisan budaya bangsa,” pungkasnya. (ST02)