SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Setiap 16 Oktober, diperingati sebagai World Food Day atau Hari Pangan Sedunia (HPS). Sesuai dengan tema yang diangkat Food and Agriculture Organization (FAO) kali ini, yaitu “Our actions are our future – better production, better nutrition, a better environment and a better life”, diperlukan peran serta masyarakat berpartisipasi aktif mengupayakan penguatan ketahanan pangan.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat berperan aktif mewujudkan ketahanan pangan di Jatim ini. Ada tiga langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Pertama, memilih makanan yang sehat, lokal dan musiman. Menurut Khofifah, makanan sehat yang dimaksud adalah makanan yang bernutrisi cukup bagi individu untuk bergerak aktif dan dapat menghindari risiko penyakit.
“Alhamdullilah bahwa di Indonesia pada umumnya dan di Jawa Timur pada khususnya memiliki kekayaan akan sumber daya alam dengan beragam jenis pangan yang melimpah. Ini menjadi syukur kita bersama,” ujarnya.
Langkah sederhana lain yang perlu dilakukan adalah dengan mendorong program diversifikasi pangan. Cara tersebut dilakukan untuk mengembangkan potensi sumber pangan lokal, dan mengajak masyarakat untuk memahami bahwa sumber karbohidrat sangat beragam.
Seperti umbi-umbian, sukun, jagung, dan lainnya yang nilai gizinya setara dengan beras ataupun tepung terigu. “Cara tersebut juga sebagai bagian untuk membantu masyarakat dalam mengakses makanan sehat,” terangnya.
Kedua, berkebun atau bercocok tanam di lingkungan rumah sendiri. Cara tersebut dinilai sangat efektif. Karena ketahanan pangan bisa diraih jika masyarakat memulainya dari level yang terkecil, yaitu membangun ketahanan pangan keluarga.
Lalu ketiga, masyarakat diharapkan menghargai makanan dan lingkungan dengan mengurangi untuk membuang makanan. Termasuk mengurangi sampah makanan adalah hal yang paling sederhana, tetapi memiliki dampak yang sangat besar.
“Food waste, menurut FAO, mengacu kepada makanan yang dibuang, padahal produk makanan atau produk makanan alternatif tersebut masih aman dan bergizi untuk dikonsumsi. Misal, makanan yang tidak kita habiskan karena masalah rasa atau mengambil terlalu banyak,” jelas Khofifah.
Apalagi menurut data yang ada, Indonesia merupakan produsen sampah makanan terbesar ke-2 di dunia. 13 juta ton makanan yang terbuang sama dengan kebutuhan pangan 11 persen orang Indonesia atau setara dengan kebutuhan 28 juta jiwa. (ST02)