SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menerima lencana kehormatan kepala daerah pemimpin perubahan sekaligus piagam dari Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI Adi Suryanto di Gedung BPSDM Jatim, Jalan Balongsari Tama Surabaya, Kamis (14/10). Khofifah dinilai memiliki komitmen kuat dalam upaya pengembangan kompetensi aparatur sipil negara (ASN) guna terwujudnya “world class government” di Provinsi Jawa Timur.
Penyerahan lencana kehormatan dan piagam penghargaan ini dilakukan dalam satu rangkaian dalam kegiatan pelepasan dan penutupan peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) tingkat II angkatan XVI tahun 2021 Provinsi Jatim.
Sebagai informasi, PKN II Angkatan XVI diikuti sebanyak 55 peserta terdiri dari 3 orang Kejaksaan Agung, 7 orang Provinsi Jatim, 1 orang Provinsi Kalsel, 18 orang kabupaten/kota di Jatim, dan 26 orang kabupaten/kota di luar Jatim. Semua peserta telah mengikuti pelatihan mulai dari 29 Juni dan berakhir pada 15 Oktober 2021.
Usai menerima penghargaan, Khofifah mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 Pemprov Jatim terus melakukan berbagai inovasi. Baik terkait penanganan Covid-19 maupun juga dalam hal peningkatan kompetensi ASN yang notabene merupakan pelayan masyarakat sehingga harus memiliki kualitas dan ilmu wawasan yang luas.
“ASN hari ini diharapkan bekerja melebihi tugas dan tanggung jawab. Maka, ASN bekerja tidak hanya dalam jam kerja, quick respon atau respon cepat, membutuhkan kita anytime, harus siap memberikan layanan kepada masyarakat,” katanya.
Lebih lanjut disampaikan Khofifah, ASN harus profesional dan cakap dalam melayani. Di Pemprov sendiri, ASN harus bekerja dengan prinsip Cettar (cepat, efektif efisien, tanggap, transparan, akuntabel, dan responsif).
“Di tangan para ASN rakyat akan semakin diperhatikan dan terlayani dgn baik dan cepat sehingga prinsip ASN sebagai pamong akan terwujud di tengah masyarakat,” tandasnya.
Karenanya, lanjut Khofifah, para ASN harus diberikan kesempatan yang luas untuk mendapatkan pengembangan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan, sehingga pelayanan kepada masyarakat dapat semakin berkualitas dengan cara-cara yang inovatif dan out of the box.
Di hadapan peserta PKN II, Khofifah mengingatkan kembali agar dapat menemukenali ekosistem di tempat tugas masing- masing sesuai perubahan yang terjadi. Misalnya menggunakan analisis strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan threats (tantangan) atau SWOT analysis dalam melakukan pengembangan dan inovasi di instansi masing-masing.
“Ada analisis yang masih relevan digunakan sampai saat ini yaitu SWOT analysis. Kekuatannya, kelemahannya, bisa melibatkan perguruan tinggi. Kemudian melihat opportunity atau peluang dari semua. Yang bisa membuka perspektif strategis ke depan. Selanjutnya hadapi tantangan dengan strong partnership melalui berbagai stakeholder,” tegas Khofifah. (ST02)