SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Pembelajaran tatap muka (PTM) dikabarkan telah menyebabkan klaster baru Covid-19. Bahkan PTM di Jatim dikabarkan pula menempati urutan tertinngi.
Menanggapi hal ini, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menjelaskan ada miskonsepsi. Dikatakan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), telah mengakui jika ada miskonsepsi terkait data yang menyebutkan bahwa klaster Covid-19 PTM terbanyak adalah Jatim.
“Data yang dikeluarkan Kemendikbud Ristek adalah data akumulasi selama 14 bulan terakhir, sejak tahun 2020 lalu. Insya Allah, PTM di Jawa Timur dikawal cukup ketat,” jelas Khofifah.
Secara berkala, lanjut Khofifah, Pemprov Jatim telah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan PTM jenjang SMA/SMK atau SLB yang telah berlangsung selama lebih dari dua pekan ini. PTM dilaksanakan secara hybrid dengan menggabungkan konsep tatap muka dan daring.
“Alhamdulillah, Jawa Timur saat ini level 1 dengan 25 daerah level 1 sisanya 13 daerah level 2 dan semua daerah risiko rendah atau zona kuning sehingga sekolah bisa melaksanakan PTM terbatas bertahap,” terangnya.
Meski demikian, Khofifah terus mengajak seluruh masyarakat untuk tetap waspada dan disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes). Ini penting, karena kedisiplinan menjalankan prokes menjadi salah satu kunci untuk melindungi diri kita dan orang di sekeliling kita dari penularan Covid-19.
“Terimakasih atas semua kerja keras, kekompakan dan do’a terbaik untuk kita semua. Mari kuatkan disiplin prokes dan percepat vaksinasi. Jangan lengah, jangan kendor,” pungkasnya. (ST02)