SURABAYATODAY.ID, SURABAYA -!Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah mengapresiasi rencana Pemerintah Kota Surabaya, yang akan mendirikan rumah sakit darurat di tiap kelurahan. Langkah itu selain untuk memutus penularan Covid-19, juga dinilai bakal mengurangi beban rumah sakit.
Sebab RS darurat ini konsepnya hanya untuk pasien Covid-19 dengan gejala ringan atau Orang Tanpa Gejala (OTG). Namun Khusnul Khotimah meragukan ketersedian tempat yang representatif untuk dijadikan rumah sakit drurat di tiap kelurahan ini.
“Di kelurahan tempat saya tinggal. Saya tidak menemukan tempat itu. Apa nanti didirikan di kantor kelurahan? Terus pelayanan kelurahan bagaimana?” ungkapnya.
Khusnul menyarankan agar Pemkot Surabaya memaksimalkan aset-aset milik pemerintah untuk dijadikan RS darurat. Ia menjelaskan bahwa rumah sakit darurat itu tidak harus di tiap kelurahan.
“Ada lapangan tembak, ada Gelora Pancasila. Atau pemkot bisa bekerjasama dengan instansi lain, seperti TNI/Polri atau pihak swasta untuk membangun RS Darurat. Karena penanganan Covid-19 tidak bisa dilakukan sendiri melainkan kerjasama dengan semua pihak,” jelasnya.
Namun menurut Khusnul, yang paling penting adalah ketersediaan sumber daya tenaga kesehatan (nakes), serta ketersediaan obat-obatan dan oksigen. “Sebenarnya program membuka Puskesmas selama 24 jam bisa dimaksimalkan dengan ketersediaan nakes. Sekarangkan Pemkot Surabaya sedang membuka lowongan sukarelawan nakes,” katanya lagi.
“Pemkot juga bisa bekerjasama dengan Pemprov maupun sekolah-sekolah perawat untuk mencukupi ketersediaan nakes” sambung politisi PDIP ini.
Sedangkan ketersediaan obat untuk menyuplai warga yang sedang menjalani isolasi mandiri. “Selain itu ketersediaan permakanan mereka juga idealnya dipenuhi oleh pemkot. Setidaknya 3 kali sehari,” ujarnya.
Selain itu Khusnul juga menghimbau kepada masyarakat, agar segera melapor ke RT/RW atau Puskesmas ketika terpapar Covid-19, supaya tertangani sejak dini dan mengantisipasi penularan.
“Masih banyak masyarakat yang menutup informasi itu, sebab masih menganggap terpapar Covid-19 merupakan hal yang tabu. Ini berbahaya bagi dirinya atau masyarakat sekitarnya,” pungkasnya. (ST01)





