SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah melakukan sejumlah kegiatan pengabdian masyarakat (abmas) berbasis Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke berbagai pelosok Indonesia, namun masih belum terfokus pada wilayah Indonesia bagian timur. Untuk itu, ITS menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) secara daring dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua untuk memperluas jangkauan ITS ke wilayah timur Indonesia dalam hal abmas dan kerja sama, Kamis (1/4).
Dalam sambutannya, Rektor IAIN Fattahul Muluk Dr H Idrus Alhamid SAg MSi menyoroti kalimat “mencerdaskan kehidupan bangsa” pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Pada kenyataannya, masih banyak anak di Indonesia yang memiliki keterbelakangan pendidikan, terutama di daerah timur Indonesia.
“Supaya Indonesia ini terasa kebhinekaannya, sekarang ITS dan IAIN Fattahul Muluk berusaha membuktikan hal tersebut,” terangnya.
Kebanyakan permasalahan yang terjadi di daerah timur, lanjutnya, merupakan permasalahan yang berbasis teknologi. Pulau Misool contohnya, dulunya merupakan tempat yang tidak memiliki listrik dan jika musim kemarau kekurangan air bersih. Padahal dengan melihat potensi alamnya, pulau ini bisa menjadi tempat wisata yang akan menarik turis.
“Akhirnya mahasiswa kami yang tidak memiliki latar belakang pendidikan teknik dan kelistrikan mengalami kesulitan saat KKN di sana,” ungkap Idrus.
Hal seperti inilah yang diharapkan bisa diselesaikan dengan adanya kerja sama antara ITS dengan IAIN Fattahul Muluk. Menanggapi hal tersebut, Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng mengungkapkan kesiapannya untuk bekerja sama dan menjalankan rencana-rencana yang nantinya akan memberikan kebermanfaatan bagi kedua pihak dan juga bangsa Indonesia.
“Meskipun jauh dari sisi jarak, namun dengan adanya teknologi kita bisa jadi dekat,” tutur rektor yang akrab disapa Ashari ini penuh antusias.
Pihak IAIN Fattahul Muluk menjanjikan akan siap membantu dan memfasilitasi proyek ataupun rencana yang dimiliki ITS di timur Indonesia. Mengingat mereka juga sudah melaksanakan program KKN Nusantara bersama mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jember, Pontianak, dan Palangkaraya. Selain itu, kesiapan ini diakui karena mereka sudah memiliki basis dan informasi yang cukup komplit untuk wilayahnya.
Salah satu kontribusi yang sempat dipikirkan oleh Idrus yaitu mengenai desain rumah layak huni untuk daerah pegunungan di Wamena. Baginya, kontribusi semacam ini pun akan memberikan impact yang sangat besar apabila bisa dilakukan antara keduanya. Menurutnya, jika ITS dan IAIN Fattahul Muluk bisa menyumbangkan hal ini tanpa adanya sekat agama dan budaya, hal tersebut akan menunjukkan kemajemukan sesungguhnya di Indonesia.
Dengan kerja sama ini pun, diharapkan akan menghapus mindset bahwa institusi berbasis agama itu pembelajarannya hanyalah eksklusif untuk kegiatan religius. Namun, bisa menjadi jembatan masyarakat sekitar untuk mendapatkan pengetahuan.
“Supaya, anak-anak Papua yang mayoritas nonmuslim pun tidak ragu untuk menuntut pendidikan di IAIN Fattahul Muluk nantinya,” ujarnya penuh harap.
Setelah dilakukan penandatanganan MoU, acara dilanjutkan dengan pemberian cinderamata dari ITS berupa plakat berbentuk jam yang menyimbolkan salah satu ayat di Alquran yaitu Wal-‘asr. Sedangkan pemberian cinderamata dari IAIN Fattahul Muluk berupa plakat emas yang merupakan ciri khas dari Papua dengan ukiran budaya yang akan mengawali kerja sama antara keduanya untuk menghasilkan kebermanfaatan kepada Indonesia. (ST05)