SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Keluarga Slamet Widodo (21), warga Surabaya yang mengalami lumpuh akhirnya bersedia pindah. Ia yang sebelumnya tinggal di Sukomanunggal Baru Utara PJKA No. 12 B, kini pindah ke Rusunawa Babat Jerawat Surabaya.
Meski beberapa kali sempat menolak, kali ini kedua orang tua Slamet menerima ajakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Mereka kemudian diboyong untuk tinggal di rumah yang lebih layak.
Kepala Bidang Keagamaan dan Swadaya Sosial, Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, M. Januar Rizal mengatakan, pihaknya maupun Kecamatan Sukomanunggal sudah lama mengajak keluarga Slamet agar tinggal di rusunawa. Sebab, tempat tinggal yang ditempatinya saat itu kondisinya tidak layak.
Apalagi status tanah yang ditempati merupakan milik PJKA, sehingga pemkot tidak bisa memberikan intervensi bantuan Program Rutilahu atau bedah rumah. “Tadi klien sudah kita bantu pindahan ke Rusunawa Babat Jerawat. Setelah tadi malam kita berikan edukasi dan pemahaman, alhamdulillah orang tuanya bersedia untuk pindah ke rusunawa,” kata Rizal, Rabu (24/2).
Menurutnya, apabila Slamet tetap tinggal di rumah dengan kondisi yang tidak layak, tentunya hal itu justru akan mengganggu kondisi kesehatan. Bahkan, seringkali jajaran kecamatan atau puskesmas juga menawarkan bantuan pengobatan untuk Slamet, juga ditolak oleh orang tuanya.
“Alhamdulillah saat ini orang tua Slamet, ibunya juga sudah bersedia dibantu untuk pengobatan anaknya. Nanti dari Puskesmas dan kecamatan akan memeriksa kesehatannya secara paralel jemput bola,” terang dia.
Tak hanya intervensi tempat tinggal yang lebih layak diberikan pemkot kepada pasangan keluarga Fatimah dan Gito ini. Rizal menyebut, keluarga Slamet juga telah mendapat beberapa program bantuan baik dari pemerintah pusat maupun Pemkot Surabaya. Yakni, Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), BPJS PBI, Bantuan Sosial Tunai (BST), hingga Permakanan Paca (Penyandang Cacat).
“Secara sisi bantuan, yang bersangkutan selama ini sudah menerima bantuan. Bahkan, dari pihak kecamatan juga rutin memberikan bantuan sembako. Tetapi memang dari pihak ibunya yang tidak ingin pindah rumah, sehingga tadi malam kita beri pemahaman agar klien ini mau pindah ke rumah yang lebih layak,” ungkap dia.
Rizal mengungkapkan, sembari menunggu proses pengajuan rusunawa, tadi malam Slamet beserta ibunya juga sempat tinggal sementara di rumah kontrakan yang lebih layak. Lokasinya pun berada tidak jauh dari tempat mereka tinggal sebelumnya.
Meski demikian, ia mengakui harus memberikan edukasi dan pemahaman terlebih dahulu kepada ibunda Slamet agar bersedia untuk pindah. “Tadi malam ibunya bersedia untuk pindah, sehingga kita bersama teman-teman TKSK dan perangkat RT/RW setempat membantu mencarikan rumah kontrakan sementara sembari menunggu proses rusunawa. Dan, alhamdulillah saat ini Slamet bersama ibunya sudah pindah dan tinggal di rusunawa,” jelas dia.
Di samping itu, Rizal menyatakan, sebelumnya Slamet juga telah mendapat bantuan berupa kursi roda. Namun, karena kondisi rumahnya kecil dan tidak layak huni sehingga kursi roda tersebut jarang dipakai dan akhirnya berkarat.
“Kemarin kita juga sudah siapkan bantuan kursi roda, karena kondisi klien (Slamet) ini tidak bisa jalan. Tapi sebenarnya, dulu klien sudah dapat bantuan kursi roda, malah jarang dipakai,” katanya.
Sementara itu, Koordinator TKSK Kota Surabaya, Wiji mengungkapkan, pihak kecamatan bersama TKSK Sukomanunggal sudah berkali-kali mengajak kedua orang tua Slamet agar bersedia pindah ke rusunawa. Ini dilakukan agar anaknya mendapat tempat tinggal yang lebih layak dan lingkungan bersih.
“Tapi alhamdulillah saat asesmen tadi malam, ibunya akhirnya bersedia dibantu,” kata Wiji.
Ia mengungkapkan, rumah di Sukomanunggal Baru Utara PJKA yang ditempati klien, kondisinya memang tidak layak. Apalagi dinding dan lantainya dibangun dari kayu dengan ukuran sekitar 3×4 meter. Bahkan, tanah milik PJKA yang ditempati klien ini di bawahnya sudah air tambak. (ST01)