SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Kejadian ikan paus terdampar di perairan bukan pertama kali terjadi. Peristiwa di Desa Patereman, Kecamatan Modung, Bangkalan merupakan kejadian yang kesekian kalinya di Indonesia.
Kepala Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Dewi Hidayati SSi MSi mengamati bahwa pada saat ini masyarakat dengan kearifan lokalnya telah melakukan beberapa upaya penyelamatan.
Namun ia berharap ke depannya masyarakat lokal bersama institusi terkait dapat membuat protokol langkah mitigasi dalam menangani kasus paus yang terdampar. “Pasalnya, tidak hanya sekali terjadi di Indonesia,” katanya.
Dengan respon yang tanggap dari masyarakat diharapkan bisa membantu paus untuk kembali melakukan perjalanan migrasinya. “Besarnya tubuh pauslah yang menyebabkan ia tak dapat bermanuver kembali ke laut, sehingga dibutuhkan bantuan langsung dari manusia,” tuturnya.
Dewi menganjurkan langkah-langkah yang dapat dilakukan masyarakat saat ini untuk mengatasi masalah paus terdampar di pantai adalah, memprediksi kapan dan di mana peristiwa paus biasanya terdampar. “Bisa digalakkan untuk membangun pos paus di sekitar pantai, pos ini berfungsi sebagai pemantau kondisi pantai, juga bisa sebagai media edukasi paus,” jelasnya kemudian.
Apabila masyarakat melihat paus-paus terdampar, ia menganjurkan untuk menjaga paus tetap dalam keadaan basah. Karena penyebab paus mati disebabkan karena kehilangan kadar air di tubuhnya secara drastis.
Langkah ini bisa dilakukan dengan menyiramnya dan membasahi tubuh dengan air laut, atau dengan segera melepasnya ke laut kembali. Bahkan jika tidak memungkinkan, untuk mengurangi penderitaan, beberapa referensi ilmiah menyarankan euthanasia. Hal ini dikutip dari beberapa referensi, salah satunya dari buku National Guidance on the Management of Whale and Dolphin Incidents in Australian Waters.
Mengenai perlakuan bangkai paus yang ada, Dewi menyarankan untuk mengutamakan membuang bangkai ke laut, karena dengan banyaknya bangkai yang membusuk, dapat dijadikan sebagai sumber makanan predator yang dapat berkontribusi pada rantai makanan laut.
“Atau mungkin dari rangka paus yang mati bisa dijadikan sebagai sumber bahan pengajaran untuk mengembangkan studi tentang mamalia laut ini,” tandas Dewi. (ST05)