Surabayatoday.id, Jombang – Hujan deras mengguyur selama beberapa hari di hulu dan tengah dari Sub DAS Konto menyebabkan banjir di Kabupaten Jombang, Jawa Timur sejak Kamis (4/2). Direktur Utama Perum Jasa Tirta (PJT) I, Raymond Valiant Ruritan mengatakan kolaborasi dan komitmen bersama menjadi kunci dalam mengatasi persoalan banjir.
“Kita semua perlu beradaptasi dan melakukan mitigasi risiko mengingat kondisi daerah tangkapan air yang semakin kritis. Kolaborasi dan komitmen tentunya menjadi kata kunci penting agar bersama-sama kita dapat melakukan pembenahan secara sistematis terkait upaya pengelolaan banjir,” kata Raymond, Minggu (7/2).
Ia menjelaskan, sejak Gunung Kelud meletus tahun 2014 dasar Sungai Konto banyak mengalami pendangkalan. Adapun air dari Sungai Konto bagian hulu telah ditahan di Bendungan Selorejo. Namun di bagian tengah dan hilir jika terjadi hujan maka limpasan permukaan akan langsung turun membawa berbagai material dari sisa letusan dan juga tanah yang tererosi akibat pembukaan lahan.
Ada beberapa anak sungai lain yang masuk ke aliran Sungai Konto setelah Bendungan Selorejo. “Kontribusi terbesar debit itu tidak hanya Konto, tapi juga dari anak-anak sungainya. Penanganan pertama adalah adaptasi dengan situasi yang ada. Adanya aliran di sungai akibat hujan dan perubahan di badan sungai akibat terangkutnya sedimen harus diwaspadai,” jelasnya.
Hal kedua, adalah memperkuat pengelolaan sungai bersama masyarakat. Harus ada inisiatif dari masyarakat untuk memelihara sungai dan menangkal kerusakan.
Banjir di Bandarkedungmulyo Kabupaten Jombang itu timbul akibat bobolnya tanggul di sisi kiri aliran Sungai Konto, dekat Rolak 70 di Kecamatan Gudo dan juga Dam Gude. Bobolnya tanggul ini diduga erat kaitannya dengan aktivitas penambangan illegal di titik sungai tersebut.
“Seharusnya, kedua insfrastruktur tadi bisa mengendalikan air pada waktu debit Sungai Konto membesar. Namun karena tanggul yang telah melemah, disertai aktivitas masyarakat maka terjadi bobol, apalagi aliran air membawa material sampah berupa kayu/bambu yang cukup banyak,” terangnya.
Seperti diketahui, debit besar di Sungai Konto menyebabkan tanggul di hulu rolak 70 jebol. Akibatnya air sungai meluap menggenangi daerah persawahan dan masuk ke saluran irigasi dengan debit yang cukup tinggi hingga melebihi kapasitasnya. Sejumlah tanggul dari Afvoer Besuk dan Afvoer Brawijaya ikut jebol dan menumpahkan air hingga melumpuhkan akses jalan nasional Jombang-Madiun sejak Jumat (5/2).
Beberapa titik tanggul jebol yang telah teridentifikasi ada di Desa Bandarkedungmulyo sebanyak beberapa titik. Pertama di Dusun Plosorejo dengan lebar kurang lebih 20 meter. Kedua, di Dusun Kedunggabus sepanjang 10 meter dan ketiga di Dusun Prayungan, Desa Gondangmanis dengan lebar 20 meter.
Untuk mengatasi kondisi darurat itu, Direktur Operasional PJT I, GAJ Simamora menyampaikan langkah tindak lanjut yang telah dilakukan. “Kami bersama dengan Dinas SDA PUPR Jombang, BPBD, BBWS Brantas serta masyarakat bergotong royong melakukan pembersihan Kali Konto dari sampah banjir. Pembersihan dilakukan secara mekanis dengan sejumlah alat berat,” jelasnya.
Selain itu, untuk menutup tanggul yang jebol dilakukan penanganan darurat dengan pemasangan jumbo bag, bio bag, dolken, serta sesek bambu. “Alat berat dari kami satu unit longboom HCE sudah dioperasionalkan. Kami juga menyiapkan bantuan material banjiran untuk perbaikan tanggul darurat. Mulai bambu bongkotan, bambu biasa, sesek gedek, dan karung plastik sandbag,” ungkapnya.
Sebelumnya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga sempat meninjau lokasi banjir di Jombang, Sabtu (06/2) kemarin. Gubernur juga meminta pada seluruh warga Jawa Timur untuk gotong royong menjadi relawan ‘Jaga Kali’. Khofifah juga pesan agar warga Jatim tak membuang sampah ke sungai.
Menurut mantan Menteri Sosial ini, menjadi sangat penting bagi seluruh elemen masyarakat untuk ikut aktif memantau kondisi sungai di wilayahnya. Kepala daerah, relawan jaga kali, dan organisasi peduli lingkungan diharapkan untuk menggalakkan revitalisasi sungai dan menjaga tanggul dari potensi perusakan. Tak kalah penting juga revegetasi dan menjauhkan kebiasaan membuang sampah di sungai. (ST04)