Surabayatoday.id, Surabaya – Masa pandemi Covid-19 bukanlah halangan bagi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk berinovasi. Seperti halnya yang dilakukan empat mahasiswa Departemen Teknik Sistem dan Industri, Departemen Teknik Material, Departemen Teknik Komputer, dan Departemen Arsitektur ITS. Mereka berkolaborasi menggagas pembuatan vas berbahan beton menggunakan limbah fly ash (abu terbang).
Keempat mahasiswa tersebut adalah Muhammad Fahlul Alhabsy, Daniel Arya Wikanindita, Muhammad Faruq Saputro, dan Shalahuddin Akbar Aviecena. Mereka berhasil membuat gagasan tersebut menjadi sebuah bisnis vas yang diberi nama Kindcrete.
“Nama ini merupakan akronim dari dua kata bahasa Inggris, kind dan concrete, yang berartikan beton yang ramah,” ungkap Muhammad Fahlul Alhabsy atau yang biasa disapa Fahlul.
Selaku ketua tim, Fahlul menjelaskan bahwa inovasi bisnis ini dilatarbelakangi oleh limbah fly ash yang dianggap berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Apalagi jumlah pemanfaatan fly ash yang masih minim, mengingat terdapat 1.046.560 ton fly ash yang belum diolah oleh PT PLN.
“Ditambah sustainable product yang tersedia di Indonesia juga terbatas,” beber Fahlul.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Fahlul dan tim mencoba mendayagunakan limbah fly ash yang ada dengan teknik solidifikasi. Teknik ini dipilih untuk menjadikan produk bernilai jual tinggi yang aman bagi lingkungan “Produk ini diharapkan menjadi produk ramah lingkungan yang berimbas kepada gaya hidup modern yang berkelanjutan,” ujarnya.
Kindcrete ini, menurut Fahlul, memiliki beberapa jenis bentuk vas yang bernama Dira, Meru, Kuma, dan Arsa. Keempatnya ini memiliki karakteristik masing-masing yang menjadi ragam pilihan konsumen. Vas bunga beton ini dibanderol kisaran harga dari Rp 39 ribu hingga Rp 54 ribu tergantung jenisnya.
Lebih lanjut, Fahlul menuturkan, jenis vas Kuma memiliki bentuk yang simpel dan fleksibel untuk berbagai jenis ruangan. Meru memiliki kaki berbahan dasar dari kayu dengan perpaduan warna coklat yang memberikan kesan natural. Arsa yang abstrak cocok untuk orang-orang yang kreatif dan berani dalam berkehendak. Sedang terakhir, Dira yang lebih simpel dan elegan, menggambarkan kekokohan yang tercitra dari kontur yang berbentuk lingkaran.
Selain itu, Kindcrete buatan Fahlul dan tim ini dilengkapi dengan katalog produk online dan teknologi Augmented Reality (AR) sebagai ajang publikasi guna mempromosikan produk Kindcrete. “Sehingga pemasaran produk kami dapat dilakukan secara online dan virtual dalam menarik konsumen melalui layanan yang memudahkan,” imbuh pemuda kelahiran 1998 ini.
Dalam hal kontinuitas usaha, Fahlul mengungkapkan, timnya menyasar generasi milenial dan masyarakat usia 30-50 sehingga produk vas bunga beton ini didesain simpel dan elegan. Tak hanya itu, Kindcrete juga dipasarkan pada perkantoran, restoran, kafe dan coffee shop sebagai konsumennya.
“Ini menjadikan produk kami sebagai bisnis sustainable yang prospektif dengan menawarkan berbagai fitur yang inovatif,” jelasnya.
Berkat inovasi bisnis yang dinilai ramah bagi lingkungan, keempat mahasiswa ini telah berhasil mendapat pengakuan sebagai juara favorit pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-33 dalam bidang Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K) yang dihelat secara daring, beberapa waktu lalu.
Fahlul berharap Kindcrete ini bisa dikembangkan dan diaplikasikan ke lini produk yang lebih luas lagi. “Bukan hanya jadi produk yang berupa vas beton saja, tapi juga bisa dikembangkan dan direalisasikan untuk produk furnitur lainnya seperti meja, kursi, dan juga tidak menutup kemungkinan untuk produk lainnya yang sejalan dengan pengembangan material beton dan fly ash,” pungkasnya. (ST05)