Surabayatoday.id, Surabaya – Pertunjukkan Parade Seni dan Budaya Surabaya yang berlangsung secara virtual di Gedung Balai Budaya pada Sabtu (17/10) malam menghadirkan Wali Kota Tri Rismaharini. Tidak menonton, justru Risma ikut terlibat sebagai pemain dalam pertunjukkan ludruk itu.
Ia berkolaborasi dengan seniman ternama. Di antaranya Cak Kartolo, Kirun, Ning Tini (istri Cak Kartolo) beserta seniman lainnya. Dalam cerita ludruk berjudul “Ger-Ger An Yes, Gegeran No” itu, Risma membawakan peran sebagai Ibu RW.
Mampukah Risma memainkan peran itu? Ternyata Risma beberapa kali lupa dialog yang harus diucapkannya. Meski demikian ia bisa dibilang sukses karena justru lupanya itu menjadi banyolan yang lucu.
“Aku lali mau rek dikongkon ngomong opo yo. Lali aku rek. (Saya lupa tadi disuruh ngomong apa ya. Lupa saya),” kata Risma saat di atas panggung sembari mengingat-ingat kembali naskah ceritanya dengan tertawa.
Usai pentas, Risma mengakui dirinya spontanitas melakukan dialog. Karena lupa, ia pun harus improvisasi.
Menurutnya, naskah yang semestinya dihapalkan sangat panjang. “Lha wong duwowone naskahe dikongkon ngapalno, lali aku. (Lha naskahnya panjang disuruh hafalkan, lupa saya). Kadang ngomong ae tadi lali aku. (Kadang ngomong saja tadi lupa saya),” ujar Risma.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti mengatakan, bahwa Wali Kota Risma tampil dalam pertunjukkan ludruk kali ini memang tanpa persiapan khusus. Sebelum tampil, pihaknya hanya memberikan konsep naskah alur cerita.
“Ibu Wali Kota tampil memang tidak ada persiapan khusus, kita hanya menyampaikan (naskah cerita). Tetapi saya matur ke beliaunya, ibu nanti monggo (silakan) visualisasi saja. Dan Ibu Wali ternyata memang juga aktris, jadi langsung bisa matching,” kata Antiek.
Esensi dalam cerita ludruk kali ini memang ada pesan mendalam yang disampaikan ke masyarakat. Risma ketika tampil sebagai sosok Ibu RW, ingin mengajak warganya agar turut serta disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Selain itu pula, Risma juga mengajak warga agar peduli terhadap sesama dan saling menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan. “Intinya untuk membangun Surabaya itu kita harus tetap menggunakan protokol kesehatan, peduli terhadap lingkungan dan masyarakat untuk tidak berselisih paham atau bertengkar. Bagaimana membangun Surabaya secara guyub, rukun, supaya bisa menjadi Surabaya lebih baik,” terang Antiek.
Antiek menambahkan, bahwa pagelaran Parade Seni dan Budaya Surabaya yang digelar secara virtual hingga 10 Desember 2020 nanti, bakal menyuguhkan pertunjukkan yang semakin menarik. Tentunya ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi seniman dan budayawan di Kota Pahlawan agar tetap dapat berkarya meski di tengah pandemi Covid-19.
“Setelah ini masih ada lagi yang lebih-lebih menarik, ada jazz tepi pantai, ada segala macam dan rugi kalau tidak disaksikan. Dan nanti masih ada lagi beberapa event yang akan kami undang Ibu Risma sebagai bintang tamu,” pungkasnya. (ST01)