SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Memasuki hari-hari akhir Ramadan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa terus mengajak seluruh ASN termasuk memperbanyak amal ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnah. Hal ini guna memperkuat hubungannya dengan Allah (habluminallah) maupun dengan manusia (hablumminannas).
Ajakan tersebut disampaikan Gubernur Khofifah di hadapan seluruh jajaran kepala OPD di Pemprov Jatim usai salat tarawih yang dilanjutkan dengan Khotmil Quran di gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (18/4) malam.
Turut hadir dalam kesempatan itu Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak bersama seluruh kepala OPD di lingkungan Pemprov Jatim serta perwakilan anak yatim dari panti asuhan di Surabaya.
Gubernur Khofifah bersyukur bahwa menjelang akhir Ramadhan, Khotmil Qur’an ini telah dilakukan dengan mengkhatamkan oleh berbagai OPD dan telah tercatat sebanyak 44 kali khatam sesuai kalender H 1444. Khataman Alquran itu telah dilakukan sebanyak 44 kali khatam baik di Musala An Nur Grahadi, Masjid Islamic Center Raya sampai Masjid Baitul Hamdi kantor gubernur Jalan Pahlawan serta di OPD.
Khofifah mengatakan bahwa di akhir Ramadan penting untuk melaksanakan muhasabah atau mengkoreksi diri. Maka, momentum Ramadan pada 10 malam hari terakhir harus seiring peningkatan kualitas ibadah baik.
“Di akhir Ramadan seperti sekarang perlu setiap insan untuk melaksanakan muhasabah diri baik secara individu maupun bersama sama,” ungkapnya.
Menyitir salah satu isi Surat At Tin, Khofifah mengatakan, sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.
“Surat At Tin ini memiliki makna yang begitu kuat untuk menjadi refleksi sekaligus Muhasabah diri agar menjadi insan yang beriman, bertakwa serta memaksimalkan ibadah kita di Akhir Ramadhan tepatnya di 10 Malam Hari terakhir untuk mencapai sebaik baik mahluk jangan sebaliknya,” jelasnya.
Menurutnya, Ramadan merupakan tolak ukur di mana proses kebaikan agar terus diakukan. Ada proses kesalehan sosial, kesetiakawanan sosial dan solidaritas sosial terpupuk dengan baik. Ketiga hal ini harus berseiring menjadi langkah kebaikan.
Termasuk di Ramadan ini terdapat sebuah proses permohonan ampun dan pertaubatan. Serta proses mencari guru dan hidayah yang bisa membimbing pada kebaikan kita semua.
“Maka dalam proses itu Insya Allah kita akan ditunjukkan oleh Allah guru yang akan menuntun kebaikan dalam kehidupan kita,” katanya. (ST02)





