SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, menerima kiswah dari makam Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Kiswah itu dihadiahkan langsung oleh As-Syaikh As-Sayyid Afeefuddin Al-Jailani, cicit dari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, dalam Majelis Shalawat dan Ijazah Manaqib di Kongres XVIII Muslimat NU di Jatim Expo, Surabaya, Rabu (12/2).
Dalam momen sakral tersebut, Syekh Afeefuddin juga memberikan ijazah khusus kepada Khofifah, yang berarti Khofifah memiliki hak untuk menghijazahkan ijazah tersebut kepada siapa pun yang ia kehendaki. Saat menerima Kiswah, Khofifah langsung mencium kain suci tersebut dan memperlihatkannya kepada ribuan jamaah Muslimat NU yang hadir.
“ini benar-benar membuat saya speechless, karena Kiswah ini hanya satu dan diganti setiap tahun sekali. Ini adalah Kiswah yang diganti saat Haul Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada bulan Oktober lalu,” ungkapnya.
Khofifah menegaskan bahwa pemberian Kiswah ini bukan sekadar simbol, tetapi juga mengandung makna spiritual yang mendalam. “Saya bersyukur atas hubungan erat antara pemangku tarekat Al-Qadiriyah di Baghdad, Syekh Afeefuddin, dengan kita semua di sini. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tidak hanya mengajarkan cinta kepada Allah, tetapi juga kesalehan sosial,” ujarnya.
Menurutnya, salah satu ajaran yang diwariskan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani hampir 900 tahun lalu adalah memberikan makan kepada fakir miskin.
“Ketika saya menyampaikan hal ini kepada Pak Presiden Prabowo, beliau mengatakan bahwa ia sudah pernah ke Baghdad dan melihat langsung dapur umum Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang telah beroperasi selama hampir 900 tahun,” kata Khofifah.
Ia menambahkan bahwa cinta kepada Allah juga bisa diwujudkan dalam bentuk pelayanan kepada anak yatim dan masyarakat miskin. “Kecintaan itu bisa melayani yatim, bisa melayani fakir miskin. Ini menjadi referensi luar biasa dari ajaran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Khofifah menegaskan bahwa pesan utama dari ajaran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani adalah cinta dan harmoni, yang menjadi nilai penting dalam kehidupan Muslimat NU.
“Apa yang selalu menjadi pesan beliau (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani) adalah cinta dan harmoni. Bangunan persaudaraan di antara manusia harus didasarkan pada cinta kepada Allah, keikhlasan kepada Rasulullah, dan ketulusan dalam berbuat baik,” tegasnya.
Ia juga menyoroti bahwa banyak jamaah yang hadir dalam kongres ini datang dari tempat yang sangat jauh, termasuk dari Paniai, Papua, dan berbagai daerah lain di Indonesia.
“Orang datang ke sini karena cinta. Orang membangun persaudaraan juga karena cinta. Tidak mudah bagi mereka yang datang dari tempat jauh, baik dari sisi akses maupun biaya,” ungkapnya. (ST11)