SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono mengingatkan pentingnya menjamin status kesehatan hewan dari penyakit menular melalui vaksinasi serta meningkatan produksi daging sapi dan susu demi mewujudkan program makan bergizi gratis yang diinisiasi pemerintah pusat.
Hal tersebut disampaikannya setelah membuka Rapat Evaluasi Akhir Pengendalian Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) dan Pembangunan Peternakan di Hotel Morazen, Kamis, (28/11).
Adhy menuturkan, dengan menjamin status kesehatan hewan ini menjadi salah satu upaya untuk membangun peternakan sekaligus mempertahankan status gudang ternak nasional. Menurutnya, sektor peternakan di Jawa Timur sangat baik.
“Jatim sebagai gudang ternak atau pemasok daging dan susu surplus untuk nasional keberadaanya perlu diperhatikan. Jangan sampai status kita sebagai gudang ternak terganggu karena munculnya penyakit hewan menular,” ujarnya.
Menurut Adhy, koordinasi dan komunikasi antara provinsi dan kabupaten/kota harus menemukan titik terang. Sebab, tahun 2025 terjadi perubahan kebijakan anggaran dari pusat atau recofusing. Ia pun meminta agar proses pengendalian penyakit menular terhadap hewan melalui vaksinasi tidak terhambat.
“Harus menemukan solusi. Bersama-sama mengambil kebijakan serta memberi masukan antara Provinsi bersama Bupati dan walikota agar menemukan solusi,” ungkapnya.
Pada tahun angaran 2025, Adhy pun mengimbau dinas yang membidangi mengalokasikan kebutuhan obat, vaksin, semen beku, N2 cair (untuk kawin suntik / IB). Ia menyebut, saat ini pemerintah pusat dan provinsi telah mengalokasikan anggaran fasilitasi vaksinasi, obat, fasilitasi IB namun masih belum mencukupi dari kebutuhan.
Sementara terkait dengan vaksinasi PMK, Adhy menyebut bahwa Dinas Peternakan (Disnak) Jatim telah memberikan sebanyak 14 juta dosis atau 90 persen dari target vaksinasi pusat sebanyak 15,4 juta dosis.
“14 juta dosis vaksin sudah dilakukan Jatim sehingga Jatim mendapat acungan jempol karena kinerja yang luar biasa. Kerja keras dan sinergitas membuat kita semua mampu mengendalikan kejadian penyakit PMK dan LSD,” tegasnya.
Lebih lanjut, perubahan anggaran tidak sekadar berdampak terhadap vaksinasi. Melainkan kinerja peningkatan produksi ternak sapi melalui IB tahun 2025 tidak terganggu.
“Target Jawa Timur akseptor IB pada ternak sapi tahun 2024 sejumlah 1 juta ekor dan target kelahiran 800 ribu ekor,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Disnak Jatim Indyah Aryani mengatakan, pihaknya akan terus evaluasi pengendalian penyakit PMK melalui vaksinasi, kinerja peningkatan populasi sapi melalui Inseminasi Buatan (IB) tahun 2024-2025 serta penyiapan Rumah Potong Hewan (RPH) agar memiliki sertifikat halal bagi pelaku UMKM.
“Bersama-sama mencari formula bagaimana langkah teknis dan operasional yang harus dilakukan ke depan,” ungkapnya.
Terkait penyakit Lumpy Skin Disease (LSD), Indyah menegaskan telah terkendali dan sudah mengalokasikan vaksin ke beberapa kabupaten/kota. Namun masih membutuhkan pasokan lagi.
“Sudah terkendali penyakit baru ini dan terbanyak ada di Tuban tetapi kita butuh sharing anggaran dengan kabupaten/kota,” katanya.
Dijelaskan Indyah, ciri-ciri penyakit LSD seperti cacar. Penyebaran melalui hewan menyerupai serangga. Harus dilakukan pembersihan utamanya tumpukan kotoran yang ada di belakang kandang.
“Biasanya itu sumber dari hewan yang menyerupai serangga. Bisa menularkan dari satu ternak ke ternak yang lain,” tuturnya. (ST02)