SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Pemkot Surabaya bersama Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) mengadakan Gelar Produk Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) Kecamatan Gubeng. Gelar produk UPPKA ini dilaksanakan di Alun-alun Balai Pemuda Surabaya, Selasa (6/8).
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara pemkot dengan Universitas Pembangunan Negeri (UPN) Veteran Jawa Timur. Tujuannya mewujudkan ketahanan ekonomi keluarga melalui UPPKA.
“Kerjasama ini telah memasuki tahun ke delapan. Setiap tahun kita melaksanakan pendampingan selama tiga bulan hingga benar-benar siap dan menghasilkan,” ungkap Ketua Dekranasda Surabaya, Rini Indriyani.
Ia menekankan pentingnya dukungan dari berbagai pihak, terutama para akseptor dan keluarga mereka yang dengan sukarela menjalankan program-program tersebut. Menurutnya, keputusan untuk menjadi akseptor bukanlah hal yang mudah dan memerlukan banyak diskusi dengan keluarga.
“Ada perubahan signifikan dari tahun lalu. Peserta tahun ini lebih muda-muda. Ini menunjukkan perkembangan yang baik. Kami berharap dengan program akseptor ini bisa menurunkan angka stunting,” tuturnya.
Rini juga menyebut bahwa stunting tidak hanya disebabkan kurangnya gizi. Tetapi bisa karena faktor usia ibu saat hamil, jarak antar kehamilan, hingga jumlah kehamilan. Karena itu, program ini berfokus pada perencanaan keluarga yang baik.
“Dengan pendampingan ini, kita dapat merencanakan keluarga dengan lebih baik. Sehingga bisa mendidik anak-anak menjadi lebih baik lagi dari orang tuanya,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Pusat Program Studi Ekonomi dan Sosial UPN Veteran Jawa Timur sekaligus Ketua Tim Pembina UPPKA, Ignatia Martha menyampaikan tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kemampuan ibu-ibu dalam mengelola pangan sehat. Termasuk pula untuk meningkatkan percaya diri mereka dan mendukung kemandirian ekonomi keluarga.
“Kami berharap ibu-ibu dari 10 kelompok di Kecamatan Gubeng ini mampu melanjutkan usaha mereka dan meningkatkan pendapatan mereka dalam enam bulan ke depan,” ujar Martha.
Menurutnya, gelar produk ini merupakan sesi terakhir dari 3 bulan pendampingan dan pelatihan yang diberikan. Pada tahun ini, topik yang diangkat adalah pangan sehat non beras, dengan fokus pada umbi-umbian sebagai alternatif karbohidrat.
“Tahun ini, kami mengambil topik pangan sehat non-beras. Kami fokus pada umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat yang lebih baik dengan protein nabati dan hewani yang beragam,” lanjut dia.
Pihaknya berharap, kegiatan ini ke depan bisa terus berlanjut dan memberikan dampak positif kepada ibu-ibu, terutama para akseptor KB di Kecamatan Gubeng Surabaya. “Harapan kami, kegiatan ini dapat terus berjalan dan produk yang dihasilkan tetap eksis di masa depan,” tutupnya. (ST01)