SURABAYATODAY.ID, JAKARTA – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengapresiasi terselenggaranya kegiatan Sarasehan Alumni Connect Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia, yang diselenggarakan di Grand Ballroom Menara BNI Pejompongan Jakarta Pusat, Jumat (26/5).
Ia mengajak para alumni PPI Dunia ikut membangun moral kekuatan yang praktis. Menurut Emil, para alumni PPI dapat membantu berbagai persoalan global.
“Sehingga masyarakat menyadari bahwa ini memang sesuatu yang harus kita tempuh. Ini bukan lagi sesuatu yang menjadi diskursus politik, karena sudah sepatutnya iklim perubahan itu ada,” kata Emil.
Mantan bupati Trenggalek tersebut juga mengajak para alumnus PPI Dunia agar bersama-sama menentukan standar. Utamanya menuju ke tahun politik yang pada 2024 mendatang akan menyajikan banyak kontestasi.
“Misalkan saja ada peraturan tentang penggunaan plastik supaya tidak terjadi pencemaran laut, tetapi kemudian para pedagang pasar komplain. Tiba-tiba ada politisi lain yang bilang, kalau sama saya, saya nggak ada masalah. Ini pilihan masyarakat kita, dari apa yang menjadi kaedah-kaedah terbaik yang harusnya kita adopsi,” jelas Emil.
Lebih lanjut Emil menjelaskan, hal tersebut kini menjadi sebuah realita politik. Meski begitu hal ini merupkan pragmatisme dan merupakan ciri berpolitik yang buruk.
“Maka dari itu, kalau ada para teknokrat harus bisa mewarnai ini dengan kaidah-kaidah yang harusnya diikuti. Nah baru politisi ini kemudian tidak bisa sembarangan mengambil hal-hal yang istilahnya politik sesuatu yang gampang-gampang aja kalau suara,” ujarnya.
Dalam sarasehan yang dibalut dengan nuansa keakraban tersebut, Wagub Emil juga menyampikan terkait dimensi meritocracy. Dirinya mengajak agar budaya ini diimbangi dengan sistem yang berbasis kualitatif atau kualitas.
“Padahal banyak hal-hal bermanfaat yang mungkin belum tentu langsung terasa sekarang,” imbuhnya.
Karena itu, dengan kualitas keilmuan yang dimiliki oleh para alumni PPI dunia, Emil berharap PPI dapat menjadi pendobrak pertama. “Jangan sampai mereka yang sudah pernah di luar, balik ke sini menjadi jago kandang. Harus membangun relasi keluar. Tujuannya apa? Supaya nggak masuk dalam zona nyaman begitu balik Indonesia, how to be the best here tapi kita harus tetap berjuang untuk menjadi the best di tingkat internasional,” tegas dia.
Menanggapi masih ada beberapa PPI yang enggan kembali ke Indonesia udai mengambil study keluar negeri, Emil mengatakan dirinya hal tersebut masih masuk dalam kategori wajar jika terjadi pada tahun-tahun pertama usai kelulusan.
“Wajar kalau di tahun-tahun pertama, memang dia (alumnus) perlu mengasah ilmunya. Tetapi banyak yang kebablasan, akhirnya udah keburu enak terus nggak mau pulang lagi,” terangnya.
Secara pribadi, alumnus PPI Jepang tersebut mengaku dirinya merupakan salah satu orang yang tidak membayangkan akan terus menetap di luar negeri usai menyelesaikan pendidikannya.
“Di luar negeri, tujuan kita ke luar negeri ini benar-benar memang untuk mendapatkan pengalaman yang bisa dibawa pulang Indonesia. Coba kita ingat, dulu orang tua kita bisa hidup enak, menyekolahkan kita sampai kita bisa pintar dapat beasiswa itu kan karena sekolah,” kata Emil. (ST02)