SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Jumlah pengangguran SMK di Jawa Timur mengalami penurunan yang signifikan dan tidak lagi menjadi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi. Pada tahun 2020 TPT SMK Jatim di angka 11,89, kemudian tahun 2021 di angka 9,54, dan terus menurun hingga pada tahun 2022 di angka 6,70.
Disamping itu, nilai TPT Jatim juga selalu di bawah nasional untuk tahun 2022 yaitu di angka 5,49 dan nasional di angka 5,86. Sementara berdasarkan data BPS per Februari 2023 TPT Jatim di angka 4,33, sedangkan nasional di angka 5,45 untuk periode yang sama.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga menunjukkan dukungannya terhadap pendidikan vokasi. Yang mana, Dinas Pendidikan Jawa Timur menggelar Expo Dan Expose SMK-PK (SMK Pusat Keunggulan). Sebanyak 204 SMK PK di Jatim unjuk karya inovasi SMK untuk menarik Dunia Usaha, Dunia Industri dan Dunia Kerja (Dudika) maupun menjadi entrepreneur.
“Saya berharap semua SMK Pusat Keunggulan dapat mengimbaskan program-programnya ke seluruh lembaga SMK di Jawa Timur yang berjumlah 2.150 SMK. Terdiri dari 298 SMKN dan 1.852 SMK swasta,” papar Khofifah.
“Program unggulan Kemdikbudristek ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan sesuai tuntutan dunia industri, dunia usaha, dan dunia kerja. Dinas pendidikan Jatim pun mewadahi SMK-PK di Jatim melalui Public Expo dan Expose ini,” tambahnya.
Khofifah berpandangan bahwa SMK-PK dapat menjadi solusi dari permasalahan ketenagakerjaan dan tingkat pengangguran terbuka. Ia juga menambahkan jika SMK-PK harus mau berbagi dalam penggunaan peralatan dan sarana pembelajaran yang dibutuhkan SMK lain.
Menurut Khofifah, pembangunan dan penguatan pendidikan vokasi ini selayaknya tak cuma berhenti pada kualitas dan kuantitas, tetapi juga kualifikasi atau sertifikasi terkait bagaimana kemampuan sumber daya manusia Jatim bisa mendapat pengakuan sesuai standar internasional.
“Recognition of international qualification adalah hal yang krusial. Ini penting agar tenaga kerja kita bisa bersaing dan dikenal di dunia internasional. Pengembangan tenaga kerja ini tidak cuma soal kuantitaa dan kualitas tapi juga sertifikasi dan pengayaan agar bagaimana mereka bisa direkognisi,” paparnya.
Apalagi, Indonesia kini menyandang posisi ketua ASEAN. Atas hal itu, sumber daya manusia Jawa Timur diharapkan bisa bersaing dengan tenaga kerja dari negara ASEAN lain, seperti Singapura dan Malaysia. (ST02)