SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Bus Listrik Merah Putih resmi diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) RI Nadiem Anwar Makarim bersama Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi untuk operasional Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Denpasar, Minggu (13/11) lalu. Dalam hal ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) turut ambil peran besar dalam pembuatan bus listrik tersebut.
Dalam pengembangan riset dan inovasi di lingkungan pendidikan tinggi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) menggandeng PT Industri Kereta Api (INKA). Kerja sama ini mewujudkan 30 unit Bus Listrik Merah Putih yang akan digunakan pada ajang KTT G20 2022 ini.
Momentum G20 ini merupakan momentum baik bagi Indonesia untuk menunjukkan keunggulan karya bangsa. Saat peluncurannya, Nadiem mengungkapkan bahwa Indonesia mampu unjuk panggung dengan menampilkan karya terbaik dari akademisi dan mahasiswa. Salah satunya melalui bus listrik ini.
Dalam penjelasannya secara terpisah, Wakil Rektor IV Bidang Riset, Inovasi, Kerjasama, dan Kealumnian ITS Bambang Pramujati mengungkapkan, peran ITS di sini sebagai leading institution pada konsorsium perguruan tinggi. “Konsorsium tersebut terdiri dari empat perguruan tinggi di antaranya ITS, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair), dan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar,” terangnya.
Lebih lanjut, tujuh dosen ITS juga dikirimkan sebagai peneliti pada bus listrik ini. Selaras sebagai kampus yang terkenal akan kemahiran teknologinya, ITS sebagai leading institution turut sumbangsih atas penelitian teknologinya.
“Dosen yang terlibat dalam konsorsium tersebut memiliki latar belakang program studi yang berbeda, sehingga antarperguruan tinggi bisa saling melengkapi,” tutur Bambang.
Tak hanya itu, pembuatan Bus Listrik Merah Putih ini turut melibatkan mahasiswa magang dari berbagai perguruan tinggi. “Dengan begitu, mahasiswa diharapkan dapat melihat secara langsung proses produksi dan mengimplementasikan ilmu yang didapatkan semasa di bangku kuliah,” jelas dosen Teknik Mesin ini.
Bentuk nyata dukungan Kemdikbudristek tergambar dalam pendanaan penelitian yaitu program matching fund. Program tersebut mendorong mahasiswa mendapat pengalaman kerja di luar kampus. Hal ini diwujudkan dengan melakukan kerja sama menggandeng PT INKA untuk mengajak mahasiswa turut berkarya dan bekerja.
Desain bus karya anak bangsa ini diestimasikan dalam penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 75 persen. Hal ini mencerminkan Bus Listrik Merah Putih amat mendukung penelitian, dan pengembangannya dikuasai oleh bangsa Indonesia.
Sebagai bus listrik pertama yang dikembangkan putra-putri dalam negeri, tentunya menoreh banyak apresiasi. Bahkan, menurut Bambang, Kementerian BUMN melalui PT Damri menyatakan ketertarikannya pada bus listrik ini untuk beroperasi di Bandung dan Surabaya ke depannya.
Tak berhenti di KTT G20, Bambang ingin Bus Listrik Merah Putih dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat secara berkelanjutan. “Penggunaan yang lebih luas tentunya sangat memungkinkan seperti untuk keperluan bus antarjemput sekolah, bus di bandara, dan sebagainya,” harapnya. (ST05)