SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Kanker leher rahim dan kanker payudara mendominasi kasus kanker di Jatim. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2018, prevalensi kanker di Jatim adalah 2,2 per 1.000 penduduk.
Jika dikonversikan dengan jumlah penduduk Jatim, maka jumlah pasien kanker ada 86 ribu. Jumlah penderita perempuan lebih banyak daripada laki-laki, yakni perempuan sebanyak 3,5 per 1.000 penduduk, sedangkan laki-laki 0,8 per 1.000 penduduk .
Dari jumlah penderita kanker leher rahim, didapatkan data bahwa perempuan usia 30-50 tahun yang melakukan pemeriksaan sebanyak 361.956 orang atau hanya 8,5 persen dari total sasaran yang ada. Hal ini menjadi tantangan mengingat deteksi dini menjadi upaya kunci dalam pencegahan penyakit kanker.
“Kita semua sepakat walaupun mungkin beberapa studi menyatakan bahwa kanker payudara erat kaitannya dengan faktor hormonal maupun genetika, namun pencegahan utama adalah deteksi dini dan perilaku hidup bersih dan sehat,” ungkap Ketua TP PKK Jatim Arumi Bachsin.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat terutama kaum perempuan bersama-sama berkomitmen dalam pencegahan dan penanggulangan kanker ini. Caranya melalui peningkatan edukasi, deteksi dini, penatalaksanaan kasus yang tepat, disertai dengan pola hidup sehat.
Menurutnya, bicara tentang kanker, semua jenis kanker pasti menakutkan. Sedangkan bagi perempuan, yang menjadi momok ada dua yakni kanker leher rahim dan kanker payudara.
“Untuk itu mari kita semua terus berkomitmen dalam pencegahan dan penanggulangan kanker sejak dini,” ajaknya.
Dikatakan, pencegahan dan penanggulangan dapat dilakukan. Caranya, dimulai dari penyampaian informasi tentang risiko dan cara menghindarinya.
Yakni dengan memberikan edukasi tentang perilaku gaya hidup sehat, sampai dengan mempromosikan anti rokok atau menurunkan risiko terpaan asap rokok.
Arumi menjelaskan perilaku ini merupakan pencegahan pertama yang dapat dilakukan. Ia pun menyatakan TP PKK Provinsi Jatim, melalui kader-kader di dasa wisma, dapat mendukung melalui edukasi tisagaluh dengan terus memotivasi masyarakat melakukan perilaku hidup sehat, mengenalkan faktor risiko dan gejala. “Serta menggerakkan masyarakat untuk dapat melakukan deteksi dini ke pelayanan kesehatan terdekat,” jelasnya.
Pencegahan kedua, lanjut dia, dengan deteksi dini melalui skrining dan penapisan. Deteksi dini dapat dilaksanakan kepada masyarakat yang sehat atau yang berisiko, maupun masyarakat yang sudah merasakan adanya gejala-gejala awal kanker. (ST02)





