SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Kota Pahlawan memiliki Kampung Jahit Nusantara di RW 10 Kelurahan Manukan Kulon, Kecamatan Tandes. Camat Tandes Ahmad Yardo Wifaqo mengatakan di Kampung Jahit Nusantara saat ini ada 31 penjahit, dari jumlah itu 16 di antaranya adalah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang diserap sebagai pelaku UMKM jahit.
Dikatakan, di Kampung Jahit Nusantara ini bukan hanya diwujudkan dan diresmikan begitu saja, tetapi ada pelatihan untuk meningkatkan skil bagi para pegiat UMKM yang lainnya. Sehingga ke depannya di Kecamatan Tandes bukan hanya ada UMKM jahit, tetapi juga tercipta lini usaha lainnya.
“Ke depannya bisa ada UMKM sablon, bordir, menjahit jaket, tas dan sepatu. Kita sudah berkoordinasi dengan Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan Kota Surabaya serta Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja untuk pendampingan berikutnya,” kata Yardo.
Diungkapkan pula, setelah ini akan ada lagi 80 orang penjahit yang mendaftar di Kampung Jahit Nusantara. “Dari 80 orang itu 52 diantaranya adalah MBR, alhamdulillah di RW 10 ini semangat warga menjadi pengusaha itu sangat kuat,” ungkapnya.
Sejak tahun 2020 lalu, sambung Yardo, Kampung Jahit Nusantara ini sudah mulai menunjukkan eksistensinya. Bahkan penjahit yang ada di wilayah kerjanya itu juga sudah menerima orderan dari luar Kota Surabaya bahkan perusahaan swasta.
“Alhamdulillah dengan adanya Kampung Jahit Nusantara, warga yang tadinya bekerja di perusahaan swasta, kini lebih memilih untuk mandiri menjadi pengusaha jahit,” sambungnya.
Sementra itu penggagas Kampung Jahit Surabaya, Achmad Mifbachul Arif mengatakan, penjahit yang terdaftar di koperasi total ada 21 pelatih yang bertugas melakukan pengecekan hasil akhir produk. Sedangkan total penjahit yang ada di rumah-rumah warga ada 31 orang penjahit dan 80 orang sisanya masih dalam tahap pendaftaran.
Arif menceritakan, awal mula Kampung Jahit Nusantara ini terbentuk semenjak adanya pemangkasan pegawai swasta pada awal pandemi Covid-19 tahun 2019 lalu. Bermula dari itu, banyak warga di RW 10 Kelurahan Manukan Kulon yang menganggur.
Seiring meningkatnya kasus Covid-19 di tahun 2020, Kampung Jahit Nusantara pun bangkit, sebagian warga eks pegawai pabrik sepatu dan tas yang dirumahkan itu membuat produksi hazmat untuk tenaga kesehatan. Hingga kini berdiri memproduksi berbagai produk tekstil lainnya, mulai seragam sekolah, perkantoran dan sebagainya.
“Semenjak itu lah bibit Kampung Jahit Nusantara berkembang, kini sudah punya mesin jahit sendiri-sendiri dan sudah tidak lagi yang ingin menjadi pegawai pabrik. Namun mereka memilih untuk mandiri sebagai pengusaha,” pungkasnya. (ST01)