SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjadikan UMKM Jahit di Surabaya hidup kembali. Mereka terlahir lagi setelah ditantang untuk memproduksi seragam sekolah.
Salah satu pelaku UMKM Jahit yang akhirnya hidup kembali adalah Pak Bambang Siswanto. Ia bangkit dari belenggu mental yang mengikatnya. Sebab selama bertahun-tahun ia tersandera oleh pikiran.
“Dulu pernah ada orang yang mengatakan, kamu jangan ngaku tailor kalau belum bisa bikin jas. Rasanya sakit sekali mendengarnya,” katantya.
Akhirnya, saat itu ia memutuskan membuka kios permak daripada membuat tailor. “Mending buka permak bisa jahit, biar bisa beri service lebih ke pelanggan,” kata Bambang.
Setidaknya sudah hampir 10 tahun Bambang membuka usaha permak ini. Namun, baru kali ini ia punya kepercayaan diri untuk kembali jadi penjahit baju.
“Setelah saya ketemu tim super dan diberi garapan, saya melihat produksi dikelola dengan rapi, hak dan kewajiban semuanya tertulis. Dari situlah saya mulai membuka hati untuk menjadi penjahit tulen lagi,” ujarnya.
Apalagi, saat ini ia mampu menerima tantangan Wali Kota Eri untuk memproduksi dan menjahit seragam sekolah. Tentunya, ini jauh lebih gampang dibanding permak.
“Kalau permak itu, saya kadang sampai lupa apa saja yang harus dipermak, kalau seragam kan gampang banget. Kalau garapan jahit seragam ini banyak dan konsisten, nanti tak tutup aja permaknya, saya tak jadi penjahit baju saja,” tegas dia.
Karena itu, ia merasa hidupnya kembali bangkit. “Saya merasa bergairah lagi untuk menjalani hidup,” ujarnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Mujiati, Penjahit Super Bentul Wonokromo. Sejak ditinggal suaminya meninggal 30 tahun lalu, ia menghidupi tiga anaknya dengan jadi penjahit.
Bahkan, hingga punya empat cucu, ia terus semangat menjahit. Semangatnya tak pudar meski usianya sudah 62 tahun, dia pun tak mau kalah dengan penjahit muda lainnya.
“Akhir-akhir ini memang sepi jahitan karena pandemi. Saya berpikir bagaimana caranya supaya dapat garapan jahit? Saya sampai bingung. Dari situ saya didatangi tim Super untuk diajak bergabung dan akhirnya bergabung hingga sekarang,” kata Mujiati.
Bahkan, ia pun mengajak beberapa tetangga untuk membantunya dengan pekerjaan sederhana seperti melipat, menyeterika, dan juga membersihkan bekas benang. “Jadi, berkah itu harus dibagi-bagi,” katanya.
Mujiati adalah satu dari 316 penjahit yang bergabung menjadi Penjahit Super tahun ini. Memasuki tahun 2022, tim Super menjangkau lebih banyak penjahit di Kota Surabaya, yang mana sebagian besar adalah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). (ST01)