SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Sekitar 95 persen petani tebu di Jatim adalah petani rakyat. Artinya bahwa para petani rakyat bisa menjadi pengusaha di bidang bahan baku pergulaan.
Untuk itu, koordinasi dan sinkronisasi baik dari para petani tebu rakyat, Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), pabrik gula maupun PTPN harus terkonsolidasi dengan baik.
Hal ini disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam pengukuhan Dewan Pembina dan Pengurus Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) masa bakti 2022-2027. Pengukuhan berlangsung di Hotel Best Western Papilio Surabaya, Sabtu (19/3).
“Sinergi ini tentunya untuk memberikan proteksi terhadap petani tebu. Misalnya jika petani tebu sedang panen ya jangan digiling bersamaan dengan raw sugar yang diimpor,” katanya.
“Ini harus dimanage dengan baik untuk memproteksi para petani tebu yang sebagian besar adalah petani rakyat,” lanjut Khofifah.
Sebagai informasi, pada tahun 2021, produksi tebu di Jawa Timur mencapai 14.767.763 ton dan menghasilkan gula sebesar 1.087.415 ton. Jumlah produksi gula mencapai 46,25 persen dari keseluruhan produksi gula nasional. Hingga saat ini, Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi penghasil gula tertinggi di Indonesia.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina APTRI H. Arum Sabil mengatakan Jatim merupakan basis pabrik gula dan basis petani tebu. Luas perkebunan tebu di Jatim ini kurang lebih hampir mencapai 50 persen luas perkebunan tebu nasional.
“Jatim barometer dan kunci kebangkitan gula nasional. Ke depan kami juga berharap agar swasembada gula di Indonesia ini benar-benar bisa terwujud,” ujarnya. (ST02)