SURABAYATODAY.ID, PALU – Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menuturkan bahwa kekuatan perdagangan antara Jatim dengan Sulteng memiliki konektivitas dan sinergitas yang potensial. Bahkan Partnership transaksi dagang Jatim-Sulteng sangat produktif.
Berdasarkan data BPS 2021, Produk Jatim, di antara seluruh provinsi di Indonesia adalah produk yang diminati pelaku usaha, pedagang, masyarakat Sulawesi Tengah paling tinggi yaitu sebesar Rp 4,3 triliun. Sedangkan penjualan Sulawesi Tengah terhadap Jatim adalah sebesar Rp 2,32 triliun. Sehingga neraca perdagangan Jatim dengan Sulteng surplus 1,98 triliun.
“Penting bagi Provinsi Jatim dan Sulteng untuk terus membangun sinergitas diikuti dengan MoU antar OPD di kedua provinsi agar kami bisa saling membangun penguatan antar provinsi,” terang Khofifah.
Hal itu disampaikannya saat ia memimpin Misi Dagang dan Investasi antara Jawa Timur dan Sulawesi Tengah. Bertema Meningkatkan Jejaring Konektivitas antara Pemprov Jatim dan Pemprov Sulawesi Tengah, acara dilaksanakan di Ballroom Hotel Best Western Plus Coco, Palu.
Dengan berbagai penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) yang dilakukan dalam misi dagang kali ini, Khofifah memberikan referensi bagi Sulteng terkait pengolahan kehutanan sosial yang ada di Jatim. Seperti yang diketahui Integrated Area Developement (IAD) hanya ada 2 di Indonesia. Salah satunya ada di Sendura, Lumajang, Jatim.
Terkait pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Khofifah juga menyampaikan bahwa BPSDM Prov Jatim merupakan salah satu yang terpilih menjadi Coorporate University (Corpu) di Indonesia. Kembali, Khofifah menyampaikan bahwa pengembamgan SDM di Sulteng bisa dilakukan dengan mengakses secara daring.
“Jadi untuk pembelajaran tertentu tidak perlu mengirim orang ke Jatim untuk mengembangkan kualitas SDM. Bisa diikuti secara daring,” ujarnya.
Misi dagang kali ini juga diikuti oleh organisasi pelaku usaha, yaitu KADIN, HIPMI dan IWAPI Jatim yang melakukan penandatanganan MoU dengan KADIN, HIPMI dan IWAPI Sulteng. Khofifah memastikan bahwa seluruh organisasi strategis memberikan penguatan. Harapannya kedua belah pihak ini secara resiprokal saling menguntungkan.
“Artinya dari seluruh MoU dan perjanjian kerja sama yang dilakukan hari ini diharapka kedua belah pihak saling menguatkan dan saling menguntungkan,” ujarnya.
“Seperti contohnya banyak raw material dari Sulteng yang dikirim ke Jatim untuk dilakukan pengolahan . Karena industri manufaktur di Jatim sangat advance. Setelah itu di jual kembali ke Sulteng,” tambahnya.
Khofifah melanjutkan, bahwa kekuatan perekonomian Jatim ada pada perdagangan antar Provinsi dan antar Pulau. Di tahun 2021 lalu, Jatim menjadi Provinsi tertinggi dalam perdagangan antar provinsi selama 10 tahun terakhir yakni sebesar Rp 243 triliun.
“Inilah pentingnya untuk menemu kenali apa yang menjadi kekuatan masing-masing provinsi beserta upaya penguatannya menjadi penting,” ujarnya.
Untuk komoditas Jatim yang diperdagangkan ke Sulteng adalah Kendaraan bermotor, semen, bahan pokok, makanan ringan, barang proyek, tumbuhan, kerajinan, tembakau, cerutu, rokok, biji nikel, air dalam botol tidak mengandung pemanis, selai, jeli buah, pasta dari buah.
Sedangkan komoditas utama milik Sulteng yang diperdagangkan ke Jatim adalah Biji nikel, cengkeh, kakao, tepung terigu, kacang kedele, Virgin Coconut Oil (VCO), tembakau, karet, kelapa, hasil laut, batu kecil, gravel (batu pecah).(ST02)