SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengingatkan secara tegas kepada seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tenaga kontrak (outsourcing) di lingkup Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya agar memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. Peringatan itu disampaikan oleh Eri melalui virtual di ruang kerjanya pada Senin (21/2) pagi.
Ia menegaskan agar ASN dan pegawai kontrak untuk tidak lupa bersyukur dan peduli dengan warga Surabaya yang mengalami kesusahan.
“Ketika kita mendapatkan gaji, mendapatkan tunjangan, duite sopo? (uangnya siapa). Itu uangnya masyarakat yang bayar pajak, yang bayar retribusi, itu akhirnya masuk pendapatan asli daerah (PAD) kita. Di situlah kita bayar gajinya ASN dan tunjangan, begitu pula dengan pembayaran gaji tenaga kontrak. Berarti apa, kembali lagi, itu uang dari rakyat Surabaya, maka dari itu jangan sombong jadi ASN dan tenaga kontrak,” tegasnya.
Karena itu, ia meminta ASN dan tenaga kontrak tidak lupa dengan zakat. Tujuan dari zakat itu, nantinya disalurkan kembali ke masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kota Pahlawan.
Menurutnya zakat bukan hanya dikhususkan untuk pegawai ASN dan tenaga kontrak yang beragama Islam, tetapi juga untuk seluruh pegawai yang bertugas di lingkungan Pemkot Surabaya. “Lek iku dilakoni (kalau itu dilakukan) Insya Allah urip iki enteng, ngadepi masalah iku yo enteng (hidup ini jadi mudah, menghadapi masalah pun juga mudah),” lanjutnya.
Eri memberikan arahan kepada seluruh Perangkat Daerah (PD), camat dan lurah serta seluruh ASN Pemkot Surabaya untuk tidak terlalu banyak teori ketika menghadapi permasalahan di tengah masyarakat. Ia yakin, katika Perangkat Daerah (PD), camat dan lurah terlalu banyak teori, maka tidak akan bisa membawa perubahan signifikan bagi masyarakat.
“Ayolah, jangan banyak teori. Tunggu ini dan itu, ayo berpikir out of the box, sing kreatif lah (yang kreatif),” ujarnya.
Agar para Perangkat Daerah (PD), ASN dan tenaga kontrak di lingkungan Pemkot Surabaya lebih semangat. Wali Kota Eri Cahyadi sempat bercerita awal dia meniti karir. Di ruang kerjanya ia menjelaskan, pertama kali bergabung di Pemkot Surabaya dengan jabatan golongan IIC.
Kala itu, Wali Eri Cahyadi sempat menjadi tenaga ketik kontrak di Dinas Bangunan. Bahkan, ia sempat diminta seniornya untuk mengajar materi Peraturan Presiden (perpres) tentang pengadaan barang dan jasa.
“Sampean salah lek ngomong Pak Eri uripe langsung enak (anda salah kalau bilang Pak Eri hidupnya langsung enak), salah. Saya dari bawah, bukan dari Golongan III jadi juragan, tidak. Saya masih ingat betul, saya juga disuruh-suruh,” ungkapnya.
Dari situlah, Eri memulai karirnya hingga kini menjadi orang nomor satu di Kota Pahlawan. Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu juga mengingat pesan ayahandanya, jangan pernah merasa rendah dan harus punya semangat tinggi, meskipun masih menjadi pegawai Golongan II.
“Ketika saya dari Golongan II, disuruh ngetik, lulusan pasca sarjana ITS, ngununiku rasane yaopo (seperti itu gimana rasanya?). Harga diri jatuh, tapi saya tidak merasa jatuh berkat semangat dari Abah (ayah) saya. Dari situ, saya bisa belajar bagaimana menghormati wong cilik,” pungkasnya. (ST01)