SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memiliki aplikasi baru. Namanya, Sayang Warga. Aplikasi ini merupakan singkatan Sistem Layanan Pendampingan dan Perlindungan Warga Kota Surabaya.
Aplikasi Sayang Warga ini diluncurkan, Kamis (27/1). Launching dilaksanakan di Taman Jangkar, Kecamatan Jambangan Surabaya oleh Wali Kota Eri Cahyadi dan diikuti seluruh kader se-Kota Pahlawan melalui virtual.
Eri Cahyadi mengatakan, program Sayang Warga merupakan sistem pendataan yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan di lapangan. Dari hasil pendataan itu, pemkot berharap dapat memberikan intervensi yang lebih cepat dan tepat sasaran.
“Dengan Sayang Warga ini maka secara otomatis yang memberikan data kepada kami (pemkot) adalah warga Surabaya. Karena itulah saya ingin terus ada empati antar warga, ada rasa kasih sayang antar warga di Kota Surabaya,” katanya.
Menurut dia, dengan melibatkan kader dan masyarakat dalam pendataan, Pemkot Surabaya akan lebih tahu betul kondisi warganya. Dengan demikian, intervensi yang diberikan pemkot melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, diharapkan juga lebih cepat dan tepat sasaran.
“Aplikasi ini bertujuan untuk mendata warga. Mulai ada berapa KK, yang sakit siapa, yang butuh bantuan berapa, gizi buruknya itu berapa, termasuk pendapatannya per keluarga berapa. Nah, intervensi OPD itu nanti berdasarkan data ini,” ujarnya.
Untuk diketahui, Sayang Warga dapat diakses melalui laman website https://sayangwarga.surabaya.go.id/sayangwarga. Setiap kader yang ditunjuk kelurahan, memiliki akun untuk login mengisi form pendataan pada aplikasi itu.
Eri berharap seluruh kader dan pendamping menyampaikan data apa adanya, sesuai kondisi warga. Melalui gerakan masyarakat yang sinergis, ia memastikan ingin pemkot terus berupaya meningkatkan kesejahteraan warganya.
“Jadi sampaikan data itu apa adanya. Kondisinya warga Kota Surabaya seperti apa, maka sasaran pemerintah akan tepat,” tuturnya.
Sementara itu intervensi yang menjadi prioritas sasaran program ini adalah warga dengan permasalahan sosial dan kesehatan. Di antaranya, calon pengantin wanita dengan permasalahan gizi dan ibu hamil dengan risiko tinggi. Selain itu juga ibu bersalin, ibu nifas, serta bayi, yang ketiganya memiliki risiko tinggi. Intervensi itu juga dilakukan untuk balita stunting. (ST01)