SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa membagikan berbagai resep dalam pengambilan keputusan bagi para peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II. Dikatakan, pengambilan keputusan penting bagi pemimpin birokrat dalam menjalankan instansinya masing-masing sekaligus menyelesaikan berbagai permasalahan di dalamnya.
Hal tersebut disampaikan Khofifah saat menjadi narasumber pada pembukaan PKN Tingkat II Provinsi Jawa Timur dan Penandatanganan Naskah Kesepakatan Bersama (MoU) antara Pemerintah Kota Blitar dengan Provinsi Jawa Timur di Gedung BPSDM Jatim, Jalan Balongsari Tama Surabaya, Rabu (16/2).
Menurut orang nomor satu di Jatim itu, salah satu resep dalam pengambilan keputusan bisa menerapkan smart governance dan melakukan mitigasi risiko. Model smart Goveranance sendiri memiliki beberapa aspek diantaranya smart mobility, smart living, smart governance, smart people, smart economy, dan smart enviroment.
“Dalam mengambil keputusan, seorang decision maker seperti Bapak/Ibu semua yang mengikut PKN ini, jangan tidak melakukan mitigasi risiko,” tegas Khofifah.
Ia memaparkan bahwa dalam upaya mewujudkan smart goveranance sangat dibutuhkan dukungan dari kekayaan data dan kelengkapan informasi yang dimiliki. Karena data yang akurat dan valid akan sangat berpengaruh dalam setiap pengambilan kebijakan atau keputusan.
“Ketika periode pertama, Pak Presiden Joko Widodo mengajak kita melakukan reformasi mental, sangat banyak diantara kita semua yang kadang mentalnya memang cepat puas, menganggap sederhana dampak dari komplikasi masalah yang dihadapi, dan sering munculnya masalah tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus segera diselesaikan,” sebutnya.
“Karenanya, saya mengajak kepada kita semua agar mampu menentukan hal apa yang harus kita lakukan dalam menghadapi permasalahan. Kita melihat bahwa di dalam pendekatan industri 4.0, maka skill yang harus dimiliki adalah complex problem solving. Seringkali kita menemukan kasus yang veriabel penyeleseiannya cukup kompleks,” tambah Khofifah.
Masih terkait smart governance, lanjutnya smart city juga menjadi bagian strategis di dalamnya. Smart city sendiri memerlukan upaya-upaya inovatif dari ekosistem kota untuk mengatasi berbagai persoalan dan peningkatan kualitas yang ada.
“Karenanya dibutuhkan kajian menyeluruh agar konsep smart city sesuai dengan keunggulan, potensi dan tantangan khas daerah masing-masing,” ucapnya.
Ia menambahkan salah satu hal yang tidak boleh diabaikan dalam mengambil keputusan adalah aspek keseimbangan atau at-tawazun. Keseimbangan adalah bagian penting, bagaimana mengambil keputusan hari ini dengan cara menyiapkan berbagai hal secara sistemik dan programatik dan menengok kebelakang pelajaran dan nilai apa yang telah didapatkan untuk dijadikan pelajaran dalam melangkah kedepan. Yang baik dijaga, yang lebih baik diterapkan dan yang tidak baik ditinggalkan.
“At-tawazun atau keseimbangan menjadi sangat penting dan berpengaruh pada apa yang akan kita lakukan pada program kedepan dan jangan lupa sejarah perjalanan sebelumnya. Yang baik dijaga, yang lebih baik diterapkan dan yang kurang baik ditinggalkan,” tegas Mantan Mensos RI.
Pada kesempatan yang sama, Khofifah juga menyampaikan bahwa salah satu kunci seorang pengambil keputusan dapat bertahan terhadap berbagai kemajuan, perubahan dan tantangan zaman maka diperlukan inovasi, adaptasi dan kreativitas di berbagai sektor. Maka kecepatan betadaptasi, kreativitas dan inovasi menjadi kunci di segala lini.
“Jika kita ingin bertahan dan berkemajuan maka yang harus dilakukan adalah kecepatan adaptasi, melakukan inovasi dan meningkatkan kreatifitas,” sebutnya. (ST02)