SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjadi pemateri dalam webinar yang digelar Kementerian Dalam Negeri, Selasa (15/2). Webinar nasional yang diikuti oleh seluruh bupati dan wali kota se Indonesia itu mengangkat tema “Kemendagri Mendorong Pemerintah Daerah Mewujudkan Kota Bersih.”
Pada kesempatan itu, Eri sharing pengalaman tentang program kota bersih yang dilakukan di Surabaya. Sebab, sebelum menjadi kepala daerah, dia juga mengawal program kota bersih ini, tepatnya ketika menjabat Kepala Bappeko sekaligus Plt Kepala Dinas Kebersihan Kota Surabaya.
Menurut Eri, Program Kota Bersih itu harus dilakukan secara kompleks, tidak bisa dilakukan hanya dari satu sisi. Makanya, Pemkot Surabaya sejak awal berkomitmen menata guna lahan, mulai dari ruang terbuka hijau hingga memperhatikan indeks kualitas tutupan lahan.
“Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Surabaya itu meliputi taman kota, taman hutan raya, jalur hijau dan taman, serta area konservasi mangrove. RTH itu meningkat setiap tahun. Bahkan, untuk indeks kualitas tutupan lahan (IKTL), sesuai perhitungan Permen LHK 27 Tahun 2021, di Kota Surabaya juga terus naik,” katanya.
Selain tata guna lahan, ia menjelaskan bahwa pemkot juga memperhatikan kualitas airnya. Di Kota Surabaya, ada 2 long storage, ada 26 waduk, 50 bozem, dan 12 mini bozem. Sedangkan salurannya, ada 142 saluran sekunder dan 35 saluran primer.
Jajaran pemkot juga terus memonitor kualitas air sungai, air waduk/boezem, air sumur, dan air laut. “Makanya, di Kota Surabaya saat ini cakupan air bersih sudah sebesar 99,39 persen, dan jumlah pelanggan PDAM yang mengelola air naik 1,95 persen,” katanya.
Dalam memperhatikan kualitas air, pemkot juga membuat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) komunal dan rumah tangga. Hingga saat ini, pemkot sudah membangun IPAL di 60 lokasi, sehingga diharapkan warga sekitar ikut meniru pembangunan IPAL tersebut.
“Kita juga melakukan revitalisasi sungai, kampung nelayan dan juga brandgang. Alhamdulillah saat ini indeks kualitas air di Surabaya mengalami kenaikan mencapai 58,18,” ujarnya.
Di samping itu, program kota bersih lainnya adalah menjaga kualitas udara. Ia memastikan bahwa di Kota Surabaya kualitas udara terus dimonitor, kendaraan juga rutin dilakukan uji emisi, dan program car free day terus dilakukan, kecuali pada saat pandemi.
Bahkan, di Surabaya juga mengembangkan Surabaya Intelligent Transport System (SITS) dan juga Adaptive Traffic Control System (ATCS).
“Kami juga mengembangkan Park and Ride, energi alternatif dan juga terus menambah jalur hijau. Alhamdulillah Indes Kualitas Udara di Surabaya naik hingga mencapai 90,28,” kata dia.
Namun ia memastikan bahwa yang paling penting dalam program kota bersih adalah persampahan. Saat ini, Kota Surabaya menghasilkan sampah sekitar 1.674,70 ton perhari. Sampah itu kemudian dilakukan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan proses akhir sampah, yaitu berhasil menjadi listrik.
“Kini PLTSa kita sudah bisa menghasilkan 11 megawatt,” ujarnya.
Dalam pengolahan sampah, ia menegaskan peran serta masyarakat Surabaya sangat penting. Pemkot Surabaya terus mendorong masyarakat untuk sadar bahwa sampah itu bisa menghasilkan uang dan menguntungkan.
Dengan pelibatan masyarakat itu, Eri memastikan perlahan pemkot berhasil mengatasi sampah di Surabaya. “Pada akhirnya, saya juga sangat bersyukur karena Indeks Kualiatas Lingkungan Hidup di Kota Surabaya mengalami kenaikan, jika di tahun 2020 di angka 60,96, ternyata tahun 2021 naik menjadi 67,78,” pungkasnya. (ST01)