SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Ahmad Faruq Idhom Afi akhirnya terbebas dari rasa sakit. Perjuangan pemuda asal Kota Surabaya terhenti setelah ia menghembuskan napas terakhirnya, Rabu (9/2) pagi.
Ahmad Faruq Idhom Afi adalah atlet sepak bola. Ia kelahiran asli Kota Pahlawan. Sempat dirawat di RSUD dr Soewandhie sejak 19 Januari 2022 lalu, Afi (begitu ia akrab disapa) meninggal dunia.
Remaja yang pernah ikut seleksi Timnas Sepakbola U-16 sebelumnya memang menderita sakit kronis. Ia didiagnosa mengalami penyumbatan darah di otak akibat jatuh.
“Adik Afi ini pernah ikut seleksi sepak bola nasional PSSI. Saya mohon doanya,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, begitu mendengar kabar duka itu.
Bukan tanpa alasan Eri Cahyadi ikut berkabung. Sebab Afi dalam penanganan Pemkot Surabaya. Saat sakit, Afi sempat dirawat di RSAL dr Ramelan Surabaya selama 2 bulan dan akan dioperasi. Namun keluarganya memilih merawatnya di rumah karena alasan keuangan.
Hal itu diketahui Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya Rini Indriyani yang juga merupakan istri Eri Cahyadi. Bahkan Rini mendatangi rumah Ahmad Faruq Idhom Afi di Jalan Simorejo 11 nomor 11A, RT 05 RW 02, Kelurahan Simomulyo, Kecamatan Sukomanunggal, Surabaya. Afi pun lantas diboyong ke RSUD dr Soewandhie.
Tubuhnya sangat kurus. Saking kurusnya ibarat tinggal tulang. Nah, setelah 21 hari dirawat di rumah sakit milik Pemkot Surabaya itu, Afi meninggal dunia.
Karena itu, Rini pun ikut berduka. Ia kembali datang ke rumah Afi. Kali ini untuk melayat.
Jam dinding di rumah duka menunjukkan pukul 11.30 WIB, Rini Indriyani tiba di lokasi. Tenda beserta bendera palang merah sudah dipasang di sana.
Begitu datang, ia sudah disambut tangis Farida, ibu Afi. Rini lantas memeluknya. Tepat di depan jenazah Afi yang ditutupi kain jarik, Rini berusaha menguatkan hati perempuan itu, meskipun ia sendiri juga tak kuasa menahan air mata.
“Ya Allah, hati saya runtuh melihat Mama (Ibu) Ananda Afi yang begitu kuat dan tangguh. Ibu (Farida) harus kuat nggih (ya),” ujarnya.
Tampak beberapa kali Rini menepuk-nepuk bahu Farida. Sambil mengusap mata yang berlinang, ia minta Farida mengikhlaskan kepergian putranya.
“Tidak mungkin Allah menguji umatnya di luar batas kemampuan. Sabar nggih (ya) Bu, kita doakan Afi,” lanjut Rini.
Sebelum disalatkan di masjid, Rini kemudian mengajak keluarga almarhum untuk bersama-sama mendoakan Afi. Duduk bersimpuh di depan jenazah, Rini membaca Yasin. Ia juga mengikuti tahlil yang dipimpin tokoh agama setempat.
“Ibu sudah berusaha semaksimal mungkin. Kita kirimi Adik Afi doa. Kita sudah berusaha yang terbaik dan Allah sudah ngasih jalannya. Ibu harus ridho (ikhlas) nggih (ya),” kata Rini Indriyani kembali.
Setelah doa bersama selesai, jenazah Afi disalatkan ke masjid terdekat. Kemudian jenazah diberangkatkan untuk dimakamkan di Kabupaten Bangkalan, Madura, di tempat kelahiran Farida.
Sebelum berpamitan, mewakili Pemkot Surabaya dan wali kota Surabaya, Rini memohon maaf kepada keluarga almarhum. “Mudah-mudahan ke depan, semoga tidak ada lagi yang seperti Adik Afi,” tuturnya.
Di sisi lain, perjuangan Rini untuk berupaya memberikan layanan kesehatan pada Afi sudah totalitas. Saat berkunjung sebelum membawanya ke RSUD dr Soewandhie, bahkan Afi divideo call-kan ke suaminya, Eri Cahyadi. Tujuannya agar Eri ikut memberikan semangat sembuh ke Afi.
“Semangat sembuh ya,” kata Eri kepada Afi melalui sambungan video call.
Barulah setelah itu, Dinas Kesehatan Surabaya beserta jajarannya membawa Afi ke RSUD dr Soewandhie dengan ambulance.
Tapi, Tuhan menakdirkan lain. Afi meninggal dunia. Kepergiannya ini sekaligus mengubur impiannya untuk masuk Timnas Garuda Muda. Selamat jalan, Afi. (ST01)