SURABAYATODAY.ID, JAKARTA – Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Prov. Jatim, per tanggal 1-27 Januari 2022, penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jatim sebanyak 1.220 orang, dengan jumlah kematian 21 orang (CFR = 1,7 persen) didominasi usia 5-14 tahun. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak meminta masyarakat mewaspadai penyakit ini.
Ia menyatakan jika ada yang mulai merasakan demam agar tidak hanya mencurigai atau mewaspdai Covid-19, tapi juga mulai mempertimbangkan kemungkinan gejala infeksi DBD tersebut. Dimana salah satu ciri DBD yakni mengalami demam tinggi 2-7 hari.
Menurut Khofifah, bila masyarakat mengalami demam tinggi, untuk meyakinkan diagnosis maka dibutuhkan langkah klinis berupa pemeriksaan darah di laboratorium. Salah satunya untuk mengecek kadar trombosit serta mendeteksi IgG dan IgM Anti Dengue.
“Kami meminta masyarakat bila ada kecurigaan DBD lebih baik rawat inap, karena terapi demam berdarah yang paling penting salah satunya cairan infus. Dan rawat inap ini juga memudahkan monitoring dan pengawasan dari tenaga kesehatan langsung agar tidak menimbulkan gejala serius,” ungkapnya.
Lebih lanjut, selain telah dikeluarkannya Surat Edaran Gubernur Jawa Timur tanggal 28 Oktober 2020 tentang kewaspadaan DBD di musim penghujan, Pemprov Jatim melalui Dinas Kesehatan juga telah melakukan berbagai langkah antisipasi penyebaran DBD.
Di antaranya, mengirim surat ke Dinkes kabupaten/kota tentang penatalaksanaan DBD untuk disampaikan ke Fasyankes daerah terkait kewaspadaan kenaikan kasus DBD, penekanan pada upaya pencegahan dan pelaporan 1×24 jam agar dapat segera dilakukan oleh puskesmas/Dinkes. Serta melakukan fogging dan juga sosialisasi DBD melalui media elektonik/cetak untuk mengajak masyarakat dalam PSN 3M plus melalui kegiatan satu rumah satu jumantik.
“Kami juga meminta bupati/wali kota untuk selain meningkatkan kewaspadaan terhadap Covid-19 juga mulai mewaspadai DBD. Terus lakukan pemantauan dan perkembangannya, juga terus siapkan sarana pelayanan kesehatan, tenaga dan logistik dalam upaya pengendalian penyakit DBD ini,” pungkas Khofifah.
Untuk diketahui, DBD disebabkan oleh virus dengue ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti & Ae.albopictus. Gejalanya ditandai demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan jumlah trombosit <100.000/mm3, adanya kebocoran plasma ditandai peningkatan hematokrit ≥ 20 persen dari nilai normal. Pemeriksaan serologis (ELISA, RDT dengue) menunjukkan hasil positif.
Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti yakni warna hitam bintik putih di badan dan kakinya, menggigit siang hari, hidup dalam rumah dan sekitarnya terutama di tempat yang agak gelap dan lembab serta kurang sinar matahari, tempat bertelur di tempat berisi air jernih. Nyamuk ini biasanya tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis hingga ketinggian ± 1000 meter dari permukaan laut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penyebarluasan DBD yakni kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, perilaku masyarakat, perubahan iklim (climate change) global, pertumbuhan ekonomi, ketersediaan air bersih. (ST02)