SURABAYATODAY.ID, SURAKARTA – Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak menyampaikan, bahwa manfaat media sosial yang lebih mudah diakses masyarakat harus mulai dipergunakan secara proaktif oleh pemerintah. Sebab, perubahan zaman menuntut reportase pemberitaan disampaikan secara instan dan dengan komunikasi dua arah.
“Zaman sekarang ini orang-orang sudah tidak mau lagi hal yang ribet. Dari menerima informasi sampai penyampaian aduan juga keluhan dilakukan dengan media sosial,” ujar Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, Rabu (24/11) malam.
Saat menghadiri media gathering subholding upstream Pertamina “Mengelola Konten Medsos Pemprov Jatim” di Lawang Djoenjing, Surakarta, Jawa Tengah, Emil menyatakan setiap platform punya target audiens yang berbeda-beda. Makanya pemerintah sudah harus hadir di setiap platform untuk memenuhi tuntutan ini.
“Karena saya sendiri merasakan bagaimana saya bisa update kebutuhan masyarakat lewat medsos,” urainya.
Wagub yang akrab disapa Emil itu melanjutkan, pemerintah selama ini lebih sering menyediakan konten seremonial. Di mana, pada beberapa target usia, hal tersebut sudah tidak relevan lagi.
“Masyarakat cenderung sering bosan kalau menerima konten yang bersifat seremonial begini. Untuk itu, bagaimana kita menyampaikan sesuatu itu harus disesuaikan dengan karakter platform yang ada,” terangnya.
“Memang ada age gap dari setiap media sosial yang ada. Seperti Facebook yang sudah ditinggalkan banyak anak muda ataupun tiktok yang mengakomodasi kebutuhan akan konten singkat dan padat. Sebagai pemerintah, ini yang harus kita sadari agar bisa berinteraksi sesuai dengan audiens di platform yang ada,” tambahnya.
Untuk itu, Wagub Emil menilai bahwa rekan media memiliki andil yang besar dalam membantu pemerintah menyesuaikan diri dalam menarget masyarakat. Mengingat, selama ini media merupakan jembatan penyambung lidah antar pemerintah dan warga.
“Media punya ketajaman selera masyarakat. Maka itu, perlu sinergitas antar pemerintah dengan media agar kebijakan dan informasi ini sampai ke semua masyarakat. Bukan hanya satu kelompok yang identik dengan satu platform medsos saja,” tuturnya.
Meski begitu, mantan bupati Trenggalek itu mengingatkan untuk berhati-hati dengan berita palsu. Sebab, banyak pertikaian dan konflik yang terjadi karena berita palsu tersebut.
“Medsos ini memang bermanfaat, tapi banyak juga sisi yang menyesatkan,” tegas dia.
Emil lantas bercerita pernah diskusi dengan Deddy Corbuzier. Dia mengatakan kalau pemerintah itu adalah orang-orang yang pintar tapi tak punya waktu.
“Sedangkan para penyebar hoax itu adalah orang-orang kreatif tapi punya waktu. Jadi kita pasti kalah,” jelasnya.

“Untuk itu, pemerintah harus lebih kreatif lagi. Tapi di saat yang sama, kita harus lebih hati-hati juga. Jangan sampai menggunakan click bait, karena jujur itu juga penting,” katanya kembali.
Lebih jauh, Wagub Emil berpesan untuk tidak mudah percaya terhadap isu pemerintahan yang bukan berasal dari sumber kredibel.
“Kalau ada apa-apa, bisa dicek di medsos pemprov. Kami punya tiktok, youtube, instagram, twitter dan facebook. Memang masih ada yang harus ditingkatkan, tapi untuk sekarang medsos ini sudah memuat informasi terkini yang sekiranya diperlukan masyarakat,” pesannya.
Di kesempatan yang sama, Ketua Dekranasda Provinsi Jatim Arumi Bachsin menyampaikan masyarakat semakin kritis dan cerdas. Pengguna media sosial harus lebih detail dalam hal menyampaikan sesuatu.
“Dari kacamata Dekranasda, media sosial ini sudah bukan hanya tempat lucu-lucuan lagi seperti dulu. Kalau dulu jualan produk yang penting harga murah dan berguna. Sekarang kami harus mengurus deskripsi sampai detail. Dari situ konsumen bisa menilai kejujuran dan kualitas,” ujarnya. (ST02)