SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menerima kunjungan Duta Besar Mesir untuk Indonesia HE. Mr. Ashraf Mohamed Moguib Sultan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (19/11) malam lalu. Kunjungan tersebut merupakan bagian rangkaian safari Dubes Mesir ke sejumlah Pesantren Salaf di wilayah Jatim.
Khofifah menyebut Mesir dan Indonesia, utamanya Jawa Timur, memiliki kesamaan bahkan kedekatan spiritual. Sama-sama sebagai wilayah dengan masyarakat mayoritas beragama Islam. Apalagi banyak mahasiswa asal Jatim yang juga kuliah di Mesir khususnya di Al Azhar, Kairo.
“Kami menyampaikan terimakasih mengingat ada banyak lagi Santri Jatim yang bisa berkuliah di Universitas Al-Azhar. Hal positif ini sangat dibutuhkan bagi pembangunan kualitas SDM di Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya,” ucapnya.
Atas hal itu, Pemprov Jatim memfasilitasi mahasiswa Indonesia dengan program beasiswa khusus ke universitas tersohor tersebut. Salah satunya, melalui Lembaga Pengembangan Pendidikan Diniyah (LPPD), Pemprov Jawa Timur memberikan bantuan beasiswa kepada kepada 30 mahasiswa berprestasi untuk dikirim ke Universitas Al- Azhar.
Mereka adalah lulusan Pendidikan Diniyah Formal ‘Ulya, Satuan Pendidikan Mu’adalah ‘Ulya, dan Madrasah Aliyah pesantren di Jawa Timur. “Kita kebetulan mendapatkan kuota dari Al-Azhar untuk mengirim mahasiswa dengan beasiswa Pemprov sebagai pengganti beasiswa guru madin. Kami berharap ini bisa melahirkan generasi ulama yang dalam ilmu agamanya dengan pemikiran moderat dan penuh toleransi,” lanjut Khofifah.
Khofifah menambahkan, di antara beasiswa yang diberikan Pemprov Jatim adalah beasiswa Guru Madin untuk S1 yang akan menjalani perkuliahan tahun ini.
Khofifah turut menekankan, kedatangan Dubes Mesir ke Jawa Timur, utamanya ke beberapa Ponpes Salaf adalah untuk memberikan pertimbangan standardisasi dari Al-Azhar bagi pesantren-pesantren yang ada di Jatim.
Hal ini karena standar ijazah yang ada di Indonesia dan Mesir cukup berbeda, sehingga menjadi kendala tersendiri dalam proses seleksi dan pendaftaran calon mahasiswa yang berasal dari pesantren salaf ini.
“Al-Azhar memiliki standar ijazah tertentu. Seringkali ijazah dari pesantren di sini tidak mudah diterima di sana. Pak Dubes tiga hari ini berkesempatan meninjau langsung pesantren-pesantren Salaf di Jatim, dengan harapan alumni pesantren itu bisa mendapatkan standar ijazah yang bisa masuk ke Al-Azhar,” jelasnya.
Sementara itu, Dubes Mesir Ashraf Mohamed juga menuturkan bahwa kerja sama Indonesia dan Mesir telah terjalin sejak lama dan terus berjalan. Sebagai buktinya, komunitas pelajar Indonesia di Mesir menjadi komunitas pelajar terbesar dibandingkan komunitas dari negara-negara lain.
Dirinya menyebut ada sekitar 10 ribu pelajar Indonesia yang belajar di Mesir sekarang. Ia juga menjelaskan jika Mesir memiliki program kerja sama pendidikan dengan Indonesia melalui beasiswa Universitas Al Azhar di Kairo.
“Kami sangat bangga dengan Indonesia dan tiadanya perbedaan antara kedua negara ini. Kami merasa bahwa hubungan yang telah terjalin lama ini akan makin erat dalam berbagai sektor,” ungkapnya. (ST02)