SURABAYATODAY.ID, NGANJUK – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mewanti-wanti seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur siap siaga menghadapi fenomena La Nina yang diprediksi terjadi di penghujung tahun 2021. Fenomena La Nina berpotensi meningkatkan curah hujan yang juga mendorong peningkatan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.
Pemerintah daerah, kata Khofifah, perlu menyiapkan rencana aksi mitigasi guna meminimalisir dampak kerugian dan korban. Menurutnya, kesiapan personel, alat dan sarana pendukung harus dipersiapkan sedini mungkin agar tidak gagap jika sewaktu -waktu terjadi bencana.
“Selain apel kesiapsiagaan, mitigasi yang bisa dilakukan adalah dengan membersihkan saluran air dan selokan, pengerukan sungai, pembenahan tanggul sungai, optimalisasi drainase, pemangkasan pohon, dan lain sebagainya,” ungkap Khofifah saat memimpin Apel Siaga Banjir di Bendungan Semantok, Desa Sambikerep, Rejoso, Nganjuk, Senin (1/11).
Khofifah mengatakan, kesiapsiagaan tidak hanya di level pemerintah daerah saja. Masyarakat juga harus diajak sadar lingkungan sekitar agar memahami risiko bencana yang dihadapi. Menurutnya, gotong royong menjadi salah satu upaya meminimalisir risiko bencana.
“Misalkan sungai di wilayah tersebut rawan banjir akibat pendangkalan atau sedimentasi, maka masyarakat sekitar bisa bergotong royong melakukan normalisasi sederhana, menanam pohon disepanjang daerah aliran sungai, dan sebagainya. Di titik mana butuh support dari pemerintah, maka hal tersebut bisa dikomunikasikan,” ujarnya.
Dalam apel tersebut, Gubernur Khofifah menyebut beberapa titik rawan terjadinya banjir yaitu Sungai Lamong Gresik, Sungai Kemuning Sampang, Sungai Welang dan Sungai Kedung Larangan di Pasuruan. Selain itu beberapa sungai lain yang memiliki intensitas banjir sama besarnya serta terjadi di lokasi rural seperti Sungai Rejoso Pasuruan, Sungai Kening di Tuban dan anak-anak sungai di Madiun, aliran sungai Bengawan
“Mengingat titik-titik ini merupakan langganan banjir Berarti ada sesuatu yang harus kita lakukan antisipasi dan mitigasi dengan hal-hal yang terkait kebutuhan konstruksi di beberapa area tersebut. Mayoritas penyebab banjir adalah tumpukan sampah di pintu-pintu air,” tuturnya.
Seperti diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini guna mewaspadai terhadap kedatangan La Nina menjelang akhir tahun ini. Berdasarkan monitoring BMKG terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian Tengah dan Timur, saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina.
Fenomena La Nina tahun ini akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20%-70 persen di atas normalnya. Dengan ada potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut, maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.
“Dalam menghadapi musim hujan tentunya Kita semua harus mempersiapkan semua sumber daya yang ada. Baik SDM ataukah peralatan dan yang penting adalah pemanfaatan teknologi, teknologi perkiraan cuaca, teknologi pemantauan tinggi muka air, kita harus memanfaatkan secara optimal sarana-sarana pengendali banjir yang ada,” paparnya. (ST02)