SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Tepat 5 hari pelayaran Satgas Operasi Kartika Jala Krida (KJK) 2021 dari Lantamal XIII Sorong menuju ke Ranai, dilakukan tradisi khas yang selalu dilakukan KRI Bima Suci. Tradisi itu adalah menggelar mandi khatulistiwa bagi seluruh Taruna AAL ke-68 serta anggota yang belum pernah melaksanakannya.
Kegiatan ini dipimpin Komandan KRI Bima Suci, Letkol Laut (P) Waluyo. Hal ini sudah tidak asing lagi bahkan menjadi tradisi di setiap KRI yang melewati garis khatulistiwa pada koordinat 0 derajat, untuk melaksanakan ritual mandi khatulistiwa bagi setiap anggota yang belum pernah melaksanakannya.
Ada 123 personel yang pada 0 derajat melaksanakan mandi khatulistiwa itu. Tepat pukul 22.00, para “Pelaut-pelaut Muda Yang Kotor” sebutan dari sang Dewa bagi Personel yang akan dibaptis, suara-suara dari para dewa dan punggawa-punggawa sudah berkumandang keras melalui pengeras suara yang dipasang di tiap-tiap lorong dan sudut ruangan.
Siap dengan berpakaian dinas, seluruh personil berkumpul di geladak tengah KRI. Ketika acara dimulai satu persatu mereka diperintah merayap memutari geladak dari haluan hingga buritan KRI sampai dengan tiga kali putaran ditambah dengan guyuran air laut.
Semakin mencekam ketika bisingnya suara para dewa dan punggawa-punggawa yang menghadang serta mencari kesalahan dan memberi tindakan. Orientasi ini dilaksanakan dengan tujuan agar lebih mengenal tentang KRI Bima Suci, menghormati lautan dan menjunjung rasa senioritas di KRI.
Sewaktu mereka dimandikan dengan air laut dan datanglah Dewa Neptunus sebagai penguasa kerajaan dasar laut. Dewa Neptunus melaporkan dan minta izin kepada komandan KRI Bima Suci, Letkol Laut (P) Waluyo bahwa acara pembaptisan telah dimulai.
“Bagi mereka yang sudah pernah melaksanakan mandi khatulistiwa di KRI lain, tetap harus melakukannya kembali di KRI Bima Suci,” kata Letkol Waluyo.
“Sebaliknya bagi yang telah melaksanakan mandi khatulistiwa di KRI Bima Suci ini akan mendapatkan sertifikat yang berlaku untuk seluruh KRI. Inilah salah satu keunikan mandi khatulistiwa di KRI Bima Suci,” lanjutnya.
Menurutnya, kegiatan seperti ini rutin dilaksanakan ketika melewati garis khatulistiwa. “Mandi Khatulistiwa ini berlaku bagi siapa saja yang ikut dalam pelayaran dan yang belum mempunyai sertifikat dari KRI Bima Suci,” katanya kembali.
Berlanjut pada dini hari keesokan harinya, suara terikan dari sang Dewa dan tawa para punggawa kembali meramaikan seluruh ruangan KRI. Para pelaut-pelaut muda sudah siap untuk mengikuti ritual mandi khatulistiwa yang selanjutnya, seperti kegiatan malam sebelumnya.
Namun kali ini ditambah lagi pengesahan nama bagi setiap personel yang telah dibaptis. Bedanya pula, kali ini disajikan jamuan minuman rempah-rempah dan biji mahoni sebagai hadiah dari Dewa Neptunus. (ST03)