SURABAYATODAY.ID, JEMBER – Kementerian Sosial (Kemensos) memberikan perhatian pada anak yang terimbas Covid-19. Bagi anak yatim/piatu karena orang tuanya meninggal karena Covid-19, Kemensos memberikan intervensi berupa penyerahan bantuan.
Seperti yang dilakukan di Kecamatan Rambipuji, Jember, Sabtu (28/8). Mensos Tri Rismaharini datang ke kecamatan setempat untuk memberikan bantuan.
Risma, sapaan akrab Tri Rismaharini, menyebut ada anggaran Rp 24 miliar yang bisa digunakan untuk memberikan bantuan kepada anak yatim/piatu.
“Kami mencoba mengumpulkan dari anggaran-anggaran yang ada di kita, terkumpul Rp 24 miliar dan insya Allah bisa untuk 10 ribu anak,” ungkapnya.
Risma menginginkan tahun 2022, semua anak yang yatim piatu karena Covid-19 mendapatkan bantuan. Karena itu, pihaknya meminta masing-masing pemerintah daerah mengumpulkan data tentang anak yang menjadi yatim piatu karena Covid-19.
“Kita akan kumpulkan data dari daerah. Seluruh anak yatim 2022 akan mendapatkan bantuan kecuali yang masuk PKH. Kami juga akan support anak yatim yang di balai, bukan yang hanya tinggal dengan bapak/ibunya,” terangnya.
Tentang teknis pengusulan data, mantan wali kota Surabaya ini menyebut pemerintah daerah yang akan mengajukan usulan siapa-siapa nama penerima bantuan. Risma menyatakan juga sudah mengirimkan surat agar dilakukan pendataan.
“Daerah yang mengusulkan ke saya karena daerah yang paling mengerti. Seharusnya akhir bulan ini, tapi belum banyak yang masuk. Jadi nanti berjalan saja,” jelasnya.
Di sisi lain, didampingi Bupati Jember Hendy Siswanto, Risma juga memberikan bantuan kepada anak yatim/piatu di Kecamatan Rambipuji. Sambil memberikan bantuan, Risma juga memberikan nasihat dan motivasi.
“Kamu tidak boleh turun, tidak boleh shock. Karena semua ini hanya titipan. Kita tidak tahu kapan, karena semua ini hanya titipan yang sewaktu-waktu bisa diambil oleh Tuhan. Jadi kita semua harus siap,” tutur Risma.
Ia mengatakan mereka harus kuat karena sebetulnya tidak sendirian. “Jangan minder, dan takut. Kamu harus pintar, sukses, supaya nanti orang tuamu bangga di sana,” tambahnya.
Mantan kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surabaya ini pun bercerita tentang kisah hidupnya. Diungkapkan bahwa ia dulunya juga kuliah dibiayai dengan beasiswa.
Saat menempuh S2, baru dua bulan kuliah ibunya meninggal dunia. Padahal saat itu yang membiayai kuliah adalah ibunya. Ia tidak putus asa dan lantas mencari beasiswa.
“Saya tidak menyerah. Saya cari beasiswa. Saya janji tidak akan mengecewakan yang memberikan beasiswa. Hasilnya saya lulus cumlaude,” ujarnya. (ST01)