SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Memenuhi ketersediaan oksigen medis, Pemkot Surabaya melakukan pengisian ulang tabung melalui mobilisasi. Yakni, mengambil oksigen dari stasiun pengisian dan mentransfernya ke beberapa tabung milik rumah sakit dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (PKM).
Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya, Febriadhitya Prajatara mengatakan, pengisian tabung oksigen dengan cara mobilisasi dilakukan sebagai langkah percepatan menunjang fasilitas kesehatan. Hal ini untuk memenuhi ketersediaan oksigen bagi warga yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit dan PKM.
“Jadi di setiap rumah sakit itu ada tabung-tabung oksigen yang telah disiapkan,” kata Febriadhitya.
Transfer atau pengisian ulang oksigen, kata Febri, dilakukan di Hotel Asrama Haji (HAH), Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT), RSUD dr Soewandhie, RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) hingga PKM Medokan Ayu dan Simomulyo. Setidaknya, ada sebanyak 200 lebih tabung oksigen yang setiap hari dilakukan pengisian ulang.
“Itu kira-kira kita melayani dengan 9 unit pick up on call. Sekitar 200 an tabung lebih, setiap harinya,” ungkap dia.
Data Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP CKTR) Kota Surabaya tanggal 20 Juli 2021 mencatat, ada sebanyak 207 tabung oksigen ukuran besar atau 6 meter kubik (m3) yang dilakukan transfer pengisian. Sedangkan untuk ukuran kecil atau 1 meter kubik (m3), ada 45 tabung oksigen.
Febri menyebut, untuk RSUD BDH, pengisian ulang tabung oksigen dilakukan dua kali jalan atau dua rit. Ini dikarenakan jumlah tabung oksigen yang dimiliki pemkot untuk mentransfer juga terbatas.
“Karena memang terbatas tabungnya. Misalkan, ambil 40 (tabung) nanti kemudian balik lagi (mengisi) yang kosong lagi,” terangnya.
Menurut Febri, pemkot juga menyediakan tabung oksigen di RSLT karena tingginya kebutuhan oksigen di sana. Apalagi saat ini RSLT tak hanya digunakan untuk merawat OTG dan gejala ringan, tapi juga pasien dengan saturasi oksigen di bawah 80 persen.
“Karena prediksinya kemarin sebenarnya RSLT untuk pasien OTG dan gejala ringan. Tapi ternyata yang masuk di sana, kategori saturasinya sudah di bawah 80 persen,” papar dia.
Bahkan, karena semakin tingginya kebutuhan oksigen di RSLT, maka pemkot kemudian melengkapi dengan alat oksigen konsentrator sekitar 100 unit. Alat ini dapat mengonversi udara menjadi oksigen medis hanya dengan disambungkan ke aliran listrik.
“Sama Pak Wali Kota juga diberikan satu alat lagi yang sifatnya personal. Artinya, satu orang dikasih alat yang namanya oksigen konsentrator,” ujar Febri.
Namun demikian, Febri menyatakan, bahwa alat tersebut rupanya memiliki daya tinggi. Artinya, jika semakin banyak pasien di RSLT yang membutuhkan oksigen, otomatis pemakaian unit oksigen konsentrator juga semakin banyak. Karena semakin tingginya daya yang dibutuhkan itulah kemudian berimbas pada terjadinya listrik mati beberapa waktu lalu.
“Dan itu di luar dugaan, ternyata kapasitasnya besar, sekitar 500 watt per satu unit (oksigen konsentrator). Ada sekitar 100 an alat. Insya allah kemarin sudah ada perbaikan, mudah-mudahan sudah tidak ada lagi listrik mati,” pungkasnya. (ST01)