SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Banyak warga membutuhkan oksigen. Namun belakangan mencari oksigen sulit. Bahkan belakangan muncul penipuan pengisian dan pembelian oksigen, baik di lapangan ataupun melalui media sosial maupun media chat seperti Whatsapp.
Mengantisipasi hal itu, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Surabaya mengimbau masyarakat untuk tidak atau cepat bertransaksi terlebih dulu. Apalagi jika ordernya dilakukan melalui medsos.
“Sebaiknya pakai layanan COD (cash on delivery) atau bayar di tempat pada akun pasar elektronik (marketplace) yang terpercaya. Sedangkan kalau tidak terpercaya laporkan pada pihak yang berwajib,” ungkap Ketua Fraksi PKS DPRD Surabaya, Akhmad Suyanto.
Ia menjelaskan di lapangan terjadi kelangkaan oksigen. Hal ini memicu harga tinggi dan tindakan tidak benar yang lainnya.
Harga tabung oksigen yang saat normal di kisaran 700 ribu rupiah, kini melambung menjadi di atas 1,5 juta. Pihaknya pun menilai pemerintah harus hadir pada saat seperti ini.
“Jangan jadikan hukum pasar sebagai acuan harga oksigen di pasaran, di saat rakyat sedang membutuhkannya,” lanjut dia.
“Pemerintah harus mengawal dengan mempelajari distribusi oksigen yang berjalan selama in. Kalau perlu sidak stasiun pengisian oksigen atau penjual oksigen tabung yang ada di Surabaya,” tegas Yanto, panggilan akrabnya.
Pria yang juga anggota Komisi B ini menambahkan, Pemkot melalui Dinas Perdagangan dan Satpol PP bisa menyisir agen hingga distributor oksigen di surabaya. “Bisa juga dengan menggandeng TNI-Polri,” ujarnya.
Diterangkan, kondisi saat ini rumah sakit penuh dan jumlah nakes yang bugar dalam melayani masyarakat dan pasien covid sedikit jumlahnya. Tidak bisa disalahkan apabila isoman merupakan langkah alternatif bagi warga yang terpapar covid.
“Maka ketika oksigen di Puskesmas habis, di rumah sakit habis, sementara saat isoman masyarakat butuh oksigen, kita wajib intervensi pasar oksigen di tengah masyarakat,” kata Yanto.
Di sisi lain, ia juga menyampaikan bahwa di Puskesmas terjadi dilema. Sebab oksigen itu untuk rakyat atau tenaga kesehatan (nakes). Keduanya sama-sama membutuhkan. “Maka wajar kalau nakes yang memakai baju APD ketat sangat rentan kekurangan oksigen didahulukan. Artinya stok di puskesmas pun harus maksimal,” jelas Yanto.
Pria yang tinggal di Bulak ini juga mewanti-wanti agar suplai di RS juga tidak boleh terlambat. Penumpukan pasien datang di UGD dan IRD rumah sakit melampaui batas sehingga jangkauan oksigen di RS harus sampai di pelataran.
“Jangan sampai ada pasien meninggal di pelataran gara-gara tidak tertangani kegawatdaruratannya. Pertolongan pertama oksigen jangan sampai terlambat,” katanya kembali. (ST01)