SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya Anna Fajriatin menjelaskan bahwa tabebuya biasanya mekar di cuaca panas. Menurut dia, karena sudah mulai tidak hujan, jelang Lebaran lalu, bunga ini sudah mulai bermekaran.
“Uniknya, kali ini yang mekar rata-rata tabebuya yang berwarna kuning, padahal spesiesnya ada putih dan pink juga,” ujar Anna, Sabtu (15/5).
Menurutnya, tabebuya saat ini juga menjadi salah satu ikon Surabaya. Sebab bunga ini menyebar di berbagai titik di seluruh Kota Surabaya, terutama di pinggir jalan protokol.
“Hampir semua jalanan Surabaya sudah ditanami bunga tabebuya, karena setiap rayon di DKRTH melakukan penanaman. Jadi jumlahnya sudah sangat banyak se-Surabaya,” terangnya.
Anna menjelaskan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sudah menanam tabebuya di pinggir-pinggir jalan itu sudah sejak beberapa tahun lalu. Tiap tahun jumlahnya terus diperbanyak.
Pada tahun 2020, total Tabebuya yang keluar atau yang ditanam lebih dari seribu batang. Kemudian tahun 2021 hingga bulan ini, jumlah Tabebuya yang keluar atau yang ditanam sudah lebih dari 500 batang.
“Kalau untuk spesiesnya memang ada tiga, yaitu kuning, pink dan putih,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa Pemkot Surabaya memilih tanaman Tabebuya yang banyak ditanam di pinggir jalan karena dari segi kualitas bunganya memang menarik, dan pohonnya cepat tumbuh besar. Di sisi lain, tanaman tersebut tetap tumbuh dengan baik di iklim apapun.
“Untuk perawatan, tidak ada kesulitan. Empat bulan sekali kita kasih pupuk,” imbuhnya.
Sementara itu untuk perawatan, Anna mengaku hanya melakukan penyiraman dan memberikan pupuk secara reguler. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang dihasilkan dari proses pengomposan sampah.
“Dari kegiatan perantingan pohon, kita manfaatkan untuk kompos. Untuk tanaman-tanaman yang ada di taman, kita sudah kurangi penggunaan pupuk kimia, beralih ke organik,” kata dia. (ST01)